Purwokerto memang awalnya bukanlah kota industri, tapi perkembangan kota ini bermula dari LIngkunganPerguruan Tinggi yaitu Unsoed, berkembang menjadi koat Jasa terutama bidang pendidikan. Perkembangannya karena semakin banyaknya mahasiswa dari luar daerah turut menggenjot perekonomian, maka bermunculanlah perguruan tinggi lain, dan sektor usaha lain seperti penginapan, kos-kosan dan kuliner serta perdagangan.
Selama 10 tahun terakhir, di dukung denganpembangunan infrastruktur maka pertumbuhan kota semakin dinamis meski bukan berstatus sebagai kota melainkan ibukota kabupaten. Tentu saja apa yang kita lihat sekarang tentu berbeda dengan Purwokerto pada saat awal reformasi atau periode sebelumnya meskipun dibanding 3 kabupaten tetangga eks kaersiden Banyumas tetap paling menonjol mengingat ada beberapa infrastruktur yang tak dimiliki semua daerah seperti Stasiun Daop V, Bakorwil, Korem atau RRI. Tapi perkembangan paling pesat dirasakan dalam 10 tahun ini. Dan pafa masa sebelumnya Purwokerto lebih dikenal sebagai kota pensiunan.
Saat ini Purwokerto juga berkembang ke sektor industri meski bukan bertsatus sebagai kawasan industri atau kota yang fokus mengembangan industri sebagaimana kabupaten tetangganya seperti Cilacap atau Purbalingga. Namun Purwokerto menarik investor untuk masuk , seperti pabrik rambut meski berskala kecil, dan beberapa pabrik di daerah penyangga seperti Semen Bima di Ajibarang, serta Holcim batching plant Purwokerto di Patikraja. Dan sekarang PT Tatalogam rencana akan masuk bisa jadi mengincara daerah penyangga Purwokerto meskipun secara Tata Ruang tak dirancang menjadi kota industri, namun peran Purwokerto yang semakin vital dalam pertumbuhan ekonomi wilayah dan kawasan , dirasa semakin penting sebagai basis untuk melebarkan sayap bagi investor.
Dirilis dari Kompas, Pengembangan bisnis PT Tatalogam Lestari di bidang produksi genteng metal dan atap baja ringan terus berlanjut. Tahun ini, Tatalogam berencana untuk ekspansi pabrik di dua kota, yaitu di Purwokerto dan Kudus, Jawa Tengah. "Tahun lalu kapasitas pabrik 100.000 ton. Tahun ini kita perbesar 15-20 persen," ujar Chief Financial Officer (CFO) Wulani Wihardjono saat jumpa pers di Tatalogam Tower, Jakarta, Selasa (20/2/2018). Baca juga : Tatalogam Genjot Produksi Genteng dan Rumah Metal Instan Penambahan kapasitas pabrik ini, kata Lani, adalah dengan memindahkan mesin ke dua kota tersebut. Nantinya, kedua pabrik ini akan memproduksi galvanis dan galvalum. Selain itu, Tatalogam juga berencana untuk berekspansi ke Jawa Timur untuk menjangkau Indonesia bagian timur. Saat ini, Tatalogam memiliki 5 pabrik dengan 4 pabrik di Cikarang dan 1 di Cibitung. "Kita juga punya pabrik yang kecil-kecil, ada di 22 lokasi. Dengan 2 pabrik baru itu, menjadi 24 lokasi," jelas Lani. Adapun pasar terbesar Tatalogam adalah di Kalimantan sebesar 35 persen. Setelah Kalimantan, Tatalogam juga memiliki pasar yang besar di Sumatera. Beberapa produk andalan Tatalogam yaitu, Multi Roof, Sakura Roof, dan Surya Roof untuk genteng metal. Selanjutnya, Tatalogam juga memproduksi rangka atap baja ringan dengan merk Taso. Kemudian, produk lain yang dikeluarkan Tatalogam adalah Purlin berupa rangka metal galvanis, Sakura DX berupa pelat baja untuk untuk cor lantai, dan Praktis berupa kolom metal instan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tatalogam Tambah 2 Pabrik Baru di Kudus dan Purwokerto", http://properti.kompas.com/read/2018/02/20/190000921/tatalogam-tambah-2-pabrik-baru-di-kudus-dan-purwokerto.
Penulis : Arimbi Ramadhiani
Editor : Hilda B Alexander
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus