Sebanyak 40 orang mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora IAIN Purwokerto, belum lama ini, mengadakan penelitian sejarah berdirinya masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian itu pekan lalu diangkat dalam bentuk sarasehan di kampus IAIN Jalan AYani, Purwokerto. Dosen pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Arif Hidayat M Hum mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menggali sejarah Islam di Banyumas dalam membentuk tata kehidupan masyarakat.
Hal ini karena tata kehidupan sekarang tidak lepas dari sejarah sebagai salah satu entitasnya. Dari acara sarasehan ini, diharapkan menjadi sumber pengetahuan kalangan akademisi, maupun masyarakat umum.
”Selama ini memang jarang orang yang peduli dengan sejarah dan budaya,” ujar Arif. Dikatakan Masjid Saka Tunggal memiliki sejarah yang penting dalam persebaran Islam di Banyumas. Dengan pola masjid yang dikelilingi oleh bangunan luas, maka itu berarti ada pesantren di sekitarnya.
”Memang, dalam sejarah persebaran Islam, keberadaan pesantren tidak lepas dari masjid sebagai tempat ibadah yang juga berpengaruh dalam tata kehidupan masyarakat sekitar,” ujarnya. Pengaruh Islam dalam masyarakat Cikakak, Wangon terlihat dengan adat masyarakat yang menjaga ekosistem (lingkungan) dengan baik.
Hal ini merupakan perwujudan dari harmonisasi ajaran Islam yang memandang alam sebagai bagian dari hidup. Bagyo (50) sebagai juru kunci masjid Saka Tunggal menyampaikan masjid itu sudah sangat lama dan terjaga sampai sekarang. Ia bercerita bahwa dirinya merupakan cucu ke 18 dari santri yang belajar di masjid tersebut.
”Filosofi masjid ini bahwa kita berpegang teguh pada satu keyakinan, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat sampai sekarang masih percaya kelak kita akan kembali kepada Yang Satu,” ujarnya.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar