Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Saptono, mengakui, event wisata budaya masih minim inovasi. Hal itu disebabkan oleh sejumlah kegiatan menggunakan konsep pawai jalanan.
”Tapi konsep untuk enam event wisata budaya tidak mungkin diubah sekarang. Sudah ada pagu anggarannya. Mungkin tahun depan,” katanya saat berdiskusi dengan Suara Merdeka, Selasa (21/2). Saptono juga mengakui, atraksi yang monoton dapat membuat masyarakat merasa jenuh. Bahkan, tidak mampu mengangkat nilai event tersebut, bila dijual dalam bentuk paket wisata.
Ada 19 Event
Menurut dia, agar tidak terkesan monoton, pihaknya hanya bisa menambal sulam event yang akan digelar. Setidak-tidaknya ada 19 event wisata budaya yang harus dijalankan hingga akhir tahun 2017. ”Contohnya Festival Rewandha Bojana yang digelar bulan April nanti. Untuk event ini ada beberapa catatan evaluasi pelaksanaan tahun lalu.
Seperti lokasi dan waktu memberi makan kera, kelompok kesenian yang akan ditampilkan, dan dibarengkan dengan kegiatan budaya di sekitar Masjid Saka Tunggal,” jelasnya. Pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman, Drs Chusmeru MSi, mengatakan, konsep event seperti kirab, karnaval atau festival jalan merupakan tradisi budaya kekuasaan.
Di sejumlah kota, kegiatan semacam ini kerap disebut City Festival. ”Karnaval adalah representasi budaya kota, budaya modern, dan kekuasaan. Jadi, memang yang dipamerkan saat pawai kedigdayaan dari penguasa, masyarakat hanya jadi penonton, tidak terlibat dalam event tersebut. Seharusnya bisa dicari konsep kegiatan yang lebih merakyat,” ujarnya.
Menurut Chusmeru, sejatinya festival kota yang bernuansa seni-budaya cukup beragam. Sebut saja festival seni lukis, fotografi, dan kuliner. Saat ini sejumlah wilayah justru berlomba-lomba untuk menggelar atraksi wisata budaya yang melibatkan peran aktif masyarakat.
Pemkab juga bisa menggelar festival menggoreng ratusan ribu mendoan sebagai ikon Banyumas, bahkan dicatat di Museum Rekor Indonesia (Muri). ‘Festival Mendoan’ pernah digelar pada tahun 2015. Namun, event itu tidak pernah dilanjutkan lagi hingga saat ini.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar