Masalah sampah di kabupaten Banyumas kembali mencuat, yaitu konflik antara warga sekitar TPA Kaliori dengan Dinas Kebersihan atau instansi yang emangani TPA Kaliori, warga mengklaim bahwa TPA Kaliori menyalahi kesepakatan dengan warga terkait pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, tidak sesuai dengan hasil study banding ke Bali sebagai dasar pembangunan TPA Kaliori demikian pendapat perwakilan warga yang ikut demo.
Mari kita flashback dulu kenapa di bangun TPA Kaliori. Sesuai aturan daerah yang dibuat ditetapkan TPA Kaliori merupakan lokasi yang tunjuk sebagai penanganan sampah utama di kabupaten Banyumas , oleh karena itu TPA Gunung Tugel di selatan Purwokerto direncanakan untuk ditutup, sebagai daerah yang dirancang sebagai pendukung dan daerah konservasi perkotaan Purwokerto.
Namun yang menjadi masalah sekarang adalah pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah Kaliori membuat warga tidak tahan dan resah , karena udara dan air bersih menjadi tercemar .
Saya akan membahas sedikit terkait pengelolaan sampah di kabupaten tetangga yang punya persoalan berbeda yang beritanya sempat ditulis di surat kabar. Pertama di Cilacap sedang dibnagun infrastruktur pengolah sampah di Tritih yang bisa mengolah sampah ,menjadi bahan lain yang berguna bagi kebutuhan industri. Tapi ini tak bisa di tiru pemda lain karena investasinya sangat besar dan mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat serta Donatur dari Eropa. Dana yang dibutuhkan tidak sedikit dan sampai sekarang belum tuntas dan belum beroperasi. Tapi yang menarik bagi saya adalah tentang berita Pengelolaan sampah di Kabupaten Banjarnegara yang ditawarkan kepada investor tapi kemudian mangkrak karen akurangnya volume smapah yang masuk. Ini menurut saya dilematis, mengapa kabupaten seperti Banjarnegara bisa mendatangkan investor meskipun belum sesuai harapan realisasinya yaitu gagal atau tidak beroperasi.
Nah dari kasus ini Pemda Banyumas seharusnya belajar kepada Banjarnegara bagaimana mengajak investor, berinvestasi di sektor persamapahan. Karena sampah dengan volume yang melimpah dan selalu bertambah tentu jika dikelola bisa lebih bermanfaat bukan hanya mengurangi pencemaran lingkungan. Beberapa teknik pengelolaan sampah yang saat ini dilakukan masyarakat dan beberapa instansi atau lembaga dalam bentuk Bank Sampah, sudah cukup baik dan merata di beberapa wilayah, namun itu belum cukup karena tingkat penangannanya masih dalam skala kecil. Belum bisa menangani sampah skala besar atau regional.
Coba Pemda Banyumas menawarkan investor untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk, mengolah sampah daur ulang menjadi bahan lain yang bisa digunakan kembali atau membuat produk kerajinan tangan atau handicraft . Semoga ini bisa dipertimbangkan dismaping rencana yang sudah disiapkan Pemkab banyumas seperti membangun Tempat Pengolahan sampah terpadu TPST dengan hanggar yang besar yang direncanakan dibangun di 6 Unit Kebersihan dan Pertamanan yaitu Purwokerto, Ajibarang, Wangon, Sokaraja ,Banyumas dna Sumpiuh.
Alangkah baiknya jika rencana ini disinergikan dan menggandeng investor dan berbagai stakeholder .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar