Rumah produksi Ralia Pictures dan Gula Kelapa Pictures akan menghadirkan film nasionalisme bernuansa budaya Banyumas berjudul Satria. Film yang dijadwalkan tayang pada Februari 2018 tersebut turut melibatkan Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Pramuka Kwarcab Banyumas.
"Banyumas memiliki kekuatan budaya dan kuliner yang tidak dimiliki daerah lain. Belum lagi banyak tokoh nasional lahir dari Banyumas, seperti Jenderal Gatot Soebroto dan Profesor Soemitro Djojohadikoesoemo," ujar Syamsul Masdjo Arifin, produser Ralia Pictures.
Sutradara Jito Banyu mengatakan, film akan mengeksplorasi seluruh aspek Kabupaten Banyumas, mulai dari pariwisata, budaya, dan kuliner. Ia menjelaskan, film berkisah tentang putra daerah asal Banyumas bernama Satria.
Kedua orang tua Satria telah meninggal dunia sehingga ia diasuh sang nenek, veteran perang zaman kemerdekaan yang sangat menyayanginya. Di tengah keterbatasan dan kesederhanaan, Satria gigih berjuang hingga berhasil mencapai kesuksesan.
Jito menjelaskan, tokoh Satria memiliki semangat nasionalisme tinggi dan sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aktor yang didapuk menghidupkan karakter Satria adalah Yama Carlos, beradu akting dengan Rianti Cartwright, Elvira Devinamira, Melayu Nicole, Pangky Suwito, Pong Harjatmo, dan Jajang C Noer.
Sebagian besar pemeran diharuskan bicara dalam dialek Banyumasan yang dikenal dengan bahasa ngapak. Jito mengatakan, setengah dialog akan menggunakan bahasa Indonesia sementara sebagian lain menggunakan bahasa daerah agar film dapat diterima meluas oleh penonton global.
"Sasaran film tentunya penonton dari semua umur. Semoga film Satria bisa menjadi tontonan dan tuntunan yang baik untuk masyarakat Indonesia," kata sineas yang juga menyutradarai film Untuk Angeline dan Psikopat itu.
Jajang C Noer Jadi Nenek Difabel di Film Satria
Aktris Jajang C Noer akan membintangi film nasionalisme berjudul Satria yang berlatar budaya Banyumas. Sinema yang akan segera diproduksi pada November 2017 itu dijadwalkan tayang pada Februari 2018.
"Saya berperan sebagai Ninik Wakem, nenek tokoh utama Satria. Belum mau bicara banyak, tapi saya beri petunjuk bahwa sang nenek ini difabel," kata seniman 65 tahun kelahiran Paris, Prancis, itu.
Meski memiliki keterbatasan fisik, Jajang mengatakan sang nenek mendidik dan mengasuh cucunya dengan penuh kasih sayang. Sang nenek pula yang selalu menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme pada diri Satria.
Istri dari mendiang sutradara Arifin C Noer itu mengaku tidak pikir panjang menerima tawaran bermain di Satria. Judul film dianggapnya sangat merepresentasikan sifat kesatria, yang dikaitkan dengan sederet sikap luhur seperti tanggung jawab, setia, dan konsisten.
Jajang menilai sinema arahan sutradara Jito Banyu tersebut sangat Pancasilais, mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan cinta NKRI. Menurutnya, penanaman cinta NKRI pada generasi muda melalui film akan efektif untuk menumbuhkan rasa toleransi.
"Pluralisme penting sekali karena sekarang suasana bangsa kita agak kacau, masyarakat dipecah belah oleh masuknya teori-teori tak masuk akal," ucap putri tunggal tokoh nasional pergerakan kemerdekaan Indonesia Nazir Datuk Pamoentjak itu.
Selain Jajang, film dibintangi Yama Carlos, Rianti Cartwright, Elvira Devinamira, Melayu Nicole, Pangky Suwito, dan Pong Harjatmo. Satriaadalah besutan rumah produksi Ralia Pictures dan Gula Kelapa Pictures, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Pramuka Kwarcab Banyumas.
sumber REPUBLIKA.CO.ID,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar