Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Kamis, 28 September 2017

Penerapan Tilang E-CCTV di Purwokerto

Polres Banyumas Siap Jalankan Tilang E-CCTV
Tunggu Kesiapan Dinhub Banyumas 



Kesiapan Dinhub Banyumas bekerjasama dengan Kepolisian terkait rencana tilang E-CCTV direspon positif Satlantas Polres Banyumas. Meski sampai sekarang ternyata belum ada koordinasi antara kedua belah pihak, Kasat Lantas Polres Banyumas AKP Samsu Wirman menyatakan siap untuk bekerjasama. “Sejauh ini belum ada upaya koordinasi dari Dinhub terkait rencana itu, padahal kami sangat menanti-nanti kesiapan mereka dalam upaya mewujudkan tilang berbagi E-CCTV,” ujar Kasat Lantas kepada Radarmas melalui sambungan telephone, Senin (25/9) kemarin. Kasat Lantas menjelaskan, sebenarnya kepolisian sudah berupaya menggandeng Dinhub terkait penggunaan ATCS untuk penegakan hukum. 

Namun, sejauh ini belum ada kesekapatan antara kedua pihak. “Kalau mereka siap, ya kami langsung turun tangan. Selama ini yang menjadi kendala kan ada di pihak Dinhub. Sarprasnya yang punya mereka, kami tinggal menunggu kesiapan Dinhub baru bisa bertindak,” jelas dia. Menurutnya, jika memang Dinhub benar-benar siap menerapkan sistem tilang E-CCTv pihaknya menyambut dengan baik. Meski demikian, perlu ada beberapa hal yang perlu disepakati bersama mengenai teknis pelaksanaan. “Yang perlu dibahas adalah, server ATCS akan dipusatkan di Dinhub atau bagaimana. Selama ini kami meminta IP server CCTV agar dapat dipantau melalui Command Center Mapolres belum diijinkan,” tegas AKP Samsu Wirman. 

Selain kesiapan dari Polres, upaya Dinhub untuk meminimalisir pelanggaran lalu lintas melalui CCTV yang terpasang di sejumlah persimpangan di Purwokerto, juga disambut baik kalangan DPRD Banyumas. Meski demikian, upaya tersebut perlu dikedepankan penerapan sanksinya, ketimbang hanya berupa teguran. “Jangan hanya digunakan untuk sebuah teguran saja. Yang lebih penting agar ada efek jera, tentunya penegakan sanksi bagi setiap pelanggar lalu lintas harus dimaksimalkan,” kata Anggota DPRD Banyumas, Saifuddin, kemarin. Dia menjelaskan, untuk upaya meminimalisir pelanggaran lalu lintas, tidak cukup hanya dengan teguran saja. Tetapi harus didukung dengan aksi nyata, yakni pemberian sanksi kepada para pelanggar lalu lintas. Menurutnya, teguran terhadap para pelanggar lalu lintas sejauh ini dinilai tidak efektif. 

Mengingat sudah beberapa kali teguran dilakukan baik oleh Dinhub maupun Satlantas. Untuk penerapan e-tilang yang berbasis CCTV, lanjut dia, secara umum dia setuju dengan wacana tersebut. Namun demikian, perlu ada koordinasi lebih lanjut antara Dinhub dan Satlantas. Pasalnya, untuk operasional CCTV, saat ini masih menjadi kewenangan dari Dinhub, sedangkan Satlantas untuk penegakkan sanksinya. “Komisi A siap memfasilitasi untuk melaksanakan koordinasi, termasuk dengar pendapat antara Dinhub dan satlantas, termasuk dengan pihak-pihak terkait,” tegasnya. Apalagi, lanjut Saifuddin, saat ini sudah ada Perda Nomor 1 Tahun 2016, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sehingga seharusnya adanya CCTV tersebut bisa mendukung penegakkan Perda tersebut.





Akhirnya Tilang E-CCTV Diterapkan di Purwokerto

Bukan Untuk Mencari Kesalahan 




Setelah sebelumnya mengaku hanya akan melakukan peneguran melalui pengeras suara di Area Traffic Control System (ATCS) yang terpasang di beberapa simpang yang ada di Purwokerto, Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Banyumas kini siap menerapkan sistam tilang e-CCTV. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinhub Banyumas, Sugeng Hardoyo, saat dijumpai di komplek Pendapa Sipanji, Rabu (27/9). “Target tahun ini siap diterapkan, tapi kan tetap ada kordinasi dengan pihak Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Banyumas, yang punya kewenangan untuk menindak dan menilang,” ujar Sugeng. 

Dinhub siap berkoordinasi dengan Satlantas Polres Banyumas untuk melaksanakan tilang CCTV pada tahun ini. 

Petugas kepolisan melalui Kasatlantas Polres Banyumas tiga hari lalu juga menyatakan tinggal menunggu kesiapan Dinhub Kabupaten Banyumas untuk melaksanakan tilang e-cctv. Kadinhub menambahkan untuk saat ini pihaknya masih melakukan sosialisasi pada masyarakat. Dalam sosialisasi tersebut, hanya disampaikan teguran berupa himbauan dan anjuran untuk tertib berlalu lintas. Teguran disampaikan dari control room Dinhub Banyumas, yang dapat didengar melalui speaker yang ada di ATCS. Menurut Sugeng, adanya tilang e-CCTV untuk menyadarkan masyarakat, terutama pengguna jalan agar tertib dan mematuhi peraturan yang ada. “Tilang e-CCTV bukan untuk mencari-cari kesalahan, tapi untuk menyadarkan pengguna jalan akan pentingnya patuh pada peraturan lalu lintas saat berkendara,” katanya. 

Sugeng mengharapkan, tertib berlalu lintas dapat diterapkan di mana saja, tidak terbatas di simpang yang dilengkapi ATCS. Sedangkan ATCS saat ini di simpang yang ada di Purwokerto ada dua belas. Untuk lokasinya di Tugu Adipura, Simpang Pancurawis, Karang Bawang, Samsat atau Patriot, Karang Pucung, Tanjung, Kalibogor, DKT atau GOR, Kebon Dalem, dan Simpang Sri Maya. Untuk yang paling baru ada di Simpang Sawangan dan Simpang Jalan Bank. “Bentuk pelanggaran nantinya yang dapat ditindak yaitu saat menerobos lampu kuning menuju merah, saat menerobos lampu merah, berhenti melewati batas garis kendaraan, atau berkendara roda dua tidak memakai helm,” jelas Sugeng. Selain itu, ditambahkannya dari pihak Satlantas Banyumas, juga akan mengadakan pembinaan pada sekolah-sekolah. Sebab, pengendara motor saat ini juga banyak dari anak sekolahan.

Sumber:Radarbanyumas.co.id

Rabu, 27 September 2017

Sunset di Tepi Serayu , Potensi Wisata Terpendam

Sampai kapan Pemkab Banyumas masih mengesampingkan potensi wisata yang cukup besar ini ?  Kali serayu yang panjang membentang dan di Kabupaten Banyumas melintas beberapa kecamatan dan berperan penting bagi masyarakat di sepanjang aliran sungai itu. Tapi sayangnya untuk potensi wisata belum digarap maksimal. 

Watumeja, Desa Adat Tambaknegara, atau batik papringan itu belum seberapa dibandingkan potensi lannya yang belum digali .  Untuk itulah jika Pemda Banyumas berencana membangun kepariwisataan terpadu khususnya bagi daerah dialiri kali Serayu harus segera dimulai mendata apa saja potensi desa-desa yang ada di sekitar kali Serayu. Data yang ada lalu dikelompokkan ke dalam berbagai kategori dan dianalisis mendalam dan membuka komunikasi dengan warga , meminta pendapat dan masukan dari merek atentang apa saja yang menjadi harapan mereka terkait pengembangan kepariwisataan ini . 
Tentu tidak melulu mebahas wisata melainkan  semua potensi yang ada baik kuliner maupun pertanian atau pendidikan. 

Kalu sudah mendapat data yang penting lalu dibuatlah rencana tentang bagamana cara mengembangkannya, dengan mebuat jadwal dan agenda pariwisata , membangun infrastruktur , mengadakan pelatihan bagi masyarakat  dan mula memperkenalkan kepada masyarakat luas. Membuat agenda yang tetap bisa setiap bulan dan menyesukana dengan potensi wilayahnya misalnya ada desa penghasil buah tertentu, kerajinan tangan tetentu atau produk lainnya ikut serta dipromosikan. 

Nah berbicara lagi tentang potensi wisata kali Serayu tentu ini yang luput dari perhatian Pemkab Banyumas, yaitu sunset yang indah salah satunya di Rawalo ini.  Foto Kiriman Edo Purw



Berlokasi di Dekat Bendungan di Dipo Banjar waru kecamatan Rawalo  secara keindahan alamnya tidak kalah dengan sunset di pantai. Banyumastak punya pantai dan laut , tapi punya Serayu dan ini yang belum dikelola sepenuhnya bahwa keindahan sunset di kali serayu juga pantas dikagumi  dan jika dikelola bisa menjadi pemasukan daerah di industri pariwisata.

Jembatan Eksotis Penghubung Jalan Gerilya Jensud


Pekan Depan Mulai Digarap, Siapkan Badan Jalan 

Pekerjaan pembangunan jalan tembus dari Jalan Gerilya menuju Jalan Jenderal Soedirman segera digarap. Pasalnya, proses lelang pekerjaan tersebut sudah dilakukan, dan telah masuk dalam masa sanggah. “Kita tinggal menunggu, kemungkinan minggu depan sudah mulai digarap,” kata Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas Achmad Taufik saat ditemui di ruangannya, Senin (25/9). 

DIMULAI PEKAN DEPAN : Dua siswa sedang melintas di calon jalan tembus Gerilya-Jenderal Soedirman. Nantinya, jalan menuju akses kota ini akan dihiasi gemerlap lampu terutama di jembatan baru yang akan dibangun. (DIMAS PRABOWO/RADAR BANYUMAS) Adapun pekerjaan fisik pada tahun ini, menurutnya, masih sebatas penyiapan lahan untuk pembangunan badan jalan. Pekerjaan tersebut, kata dia, akan dimulai dari arah Jalan Gerilya. Penyiapan lahan itu, dilakukan pada lahan yang telah dibebaskan terlebih dahulu, atau pada tahap pertama pembebasan lahan.  “Untuk tahun ini, kita hanya menyiapkan badan jalan, juga gorong-gorong. Kalau untuk pembangunan fisiknya mungkin tahun depan, karena bertahap,” ucapnya. Mengenai pembebasan lahan tahap kedua, lanjut dia, untuk proyek pembangunan jalan tembus yang menghubungkan Jalan Jenderal Soedirman dan Jalan Gerilya mulai dilakukan. Kepala DPU Kabupaten Banyumas Irawadi mengatakan, pembebasan lahan tahap kedua dilakukan mulai dari jalan di depan SMP Negeri 1 Purwokerto menuju Jalan Gerilya. Sedang pembebasan tahap I sebelumnya dimulai dari Jalan Gerilya menuju depan SMP Negeri 1 Purwokerto atau arah sebaliknya. “Kemarin sudah kita rapatkan, akan segera kita mulai untuk tahap pelaksanaan pembebasan yang intinya pertama mengerjakan besaran ganti rugi oleh konsultan appraisal, dan berikutnya menyampaikan hasil pengukurannya ke masyarakat yang terkenea dampak pembebasan lahan itu. Setelah itu baru dilanjutkan negosiasi,” terangnya. Irawadi menargetkan, proses pembebasan lahan tahap kedua ini selesai dalam waktu empat bulan atau sekitar Bulan November mendatang. Sedikitnya delapan bidang tanah milik masyarakat yang akan dilakukan pembebasan lahan tersebut. Selain pembebasan lahan tahap kedua, pada tahun 2017 ini, DPU juga tengah menganggarkan pembangunan konstruksi lahan yang telah dibebasakan pada tahap sebelumnya. Pembangunan konstruksi berupa pengerasan lahan tersebut dialokasikan menggunakan APBD tahun 2017 bersamaan dengan anggaran pembebasan lahan tahap dua. “Kita punya dua anggaran satu pembebasan tanah tahap dua dianggarkan sebesar Rp 8 miliar, dan anggaran kedua untuk konstruksinya mulai dari Gerilya ke SMP Negeri 1 Purwokerto sebesar Rp 6 miliar,” katanya.

Sumber: http://radarbanyumas.co.id/jembatan-eksotis-hiasi-jalan-gerilya-soedirman/
Copyright © Radarbanyumas.co.id

Jalan Pancasan Mendesak Diperbaiki


Terkait seringnya kecelakaan di jalur Pancasan, warga Pancasan Kecamatan Ajibarang berharap pemerintah bisa memasang lampu kedip dan penambahan rambu lalu-lintas di sepanjang jalur Pancasan. Saat ini, kondisi jalan yang menurun dan berkelok dari arah Ajibarang minim rambu, sehingga pengendara lengah dengan kondisi jalan yang mulus tersebut. Salah satu warga Pancasan, Agung mengatakan, hampir setiap hujan turun selalu terjadi kecelakaan di jalur Pancasan karena ban selip. Ban selip dipicu oleh jalan yang licin, sehingga mempersulit pengereman. 

LICIN : Kondisi jalur Pancasan yang beraspal mulus, sering licin saat turun hujan. Akibatnya, di jalur itu sering terjadi kecelakaan. (AGUS MUNANDAR/RADARMAS) “Kondisi jalan aspal yang licin menyebabkan salah satu faktor sering terjadinya kecelakaan. Untuk penambahan rambu dan lampu kedip juga kondisi jalan aspal supaya tidak terlalu mulus karena akan licin. Supaya ban kendaraan saat pengereman tidak terpeleset akibat aspal mulus, kami berharap aspal bisa diberi lapisan yang kasar,”ujarnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Desa Pancasan Ali Syaifurohman. Dia mengatakan, jalur Pancasan dari arah Ajibarang kondisinya menurun dan menikung sangat rawan kecelakaan. Selain minim rambu serta jalan yang licin, jalan yang menikung posisinya datar. 

“Kalau jalan menikung posisi badan jalan sedikit miring, sehingga memudahkan pengendara membelokan kendaraan. Tapi kondisi jalan yang sering terjadi kecelakaan tersebut posisinya datar,”ujarnya. Dia berharap kepada pihak terkait, terutama Dinas Bina Marga, untuk mengaspal kembali jalan Pancasan dengan lapisan yang kasar. “Semoga dengan kecelakaan yang bisa dibilang beruntun, menjadikan dinas terkait segera melapisi jalan dengan lapisan aspal yang kasar,”harapnya. 

Sebelumnya, kecelakaan bus terjadi di ruas jalan Ajibarang-Wangon jalur Pancasan Kecamatan Ajibarang. Bus Sumber Alam nopol AA 1539 CL dari arah Ajibarang yang dikemudikan oleh Sumpiuh Sugeng SW (35) warga Purworejo, mengalami selip ban di jalan menurun Pancasan. Bus kemudian oleng dan menabrak rumah dan warung milik Jato Purnomo (46) yang berada di tepi jalan, Minggu (24/9) pukul 15.30. Sebelum menabrak rumah dan warung, bus tanpa penumpang tersebut menabrak truk dari arah berlawanan dan tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.

Sumber:  Radarbanyumas.co.id

Selasa, 26 September 2017

Kotoran Kambing di Gumelar Jadi Bahan Baku Biogas


Sapa wonge sing tekun, bakal tekan Sapa wonge gelem kesel, bakal isel
ITULAHprinsip yang terus diyakini dan dijalani oleh Warseno (46) warga RT 1 RW 11 Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Banyumas yang telah berhasil memanfaatkan kotoran hewan (kohe) dari ternak kambing menjadi bahan bakar biologis. Ia meyakini dengan ketekunan dan kerja keras, maka seseorang akan mencapai tujuan dan keberhasilan. “Kalau selama ini kotoran sapi bisa digunakan sebagai bahan baku biogas, maka kambingpun pada prinsipnya sama. Sehingga kami gunakan ini dan setelah berproses lama akhirnya berhasil,” ujarnya.
Berkat kerja kerasnya inilah, sudah lebih dari setahun ini keluarga Warseno tak lagi tergantung dengan gas elpiji dari pemerintah. Pasalnya, sejak diuji coba Mei 2016 silam, Warseno berhasil mendapatkan pasokan biogas yang bersumber dari instalasi pengolah limbah yang dibuatnya di belakang rumah. “Sehari, gas yang dihasilkan dapat digunakan empat jam untuk memasak. Dua jam di pagi hari, dan dua jam lagi di sore hari, hal itu menurutnya sangat membantu untuk menghemat biaya rumah tangganya,” jelasnya.
Melalui Paralon
Dijelaskan Warseno, biogas yang dihasilkan dari kotoran kambing ini dialirkan melalui paralon menuju ke dapur. Sementara sebelum menjadi biogas, kotoran kambing itu ditampung di dalam wadah besar fermentasi yang kedap udara. Sementara dari limbah biogas ini juga menghasilkan aliran air yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Kini, berkat ketekunannya membuat biogas itu, pria berusia 46 tahun yang pernah mengenyam pendidikan pertanian di Australia tersebut sering diundang ke berbagai daerah untuk memberikan pelatihan biogas kepada masyarakat. Kepada pemerintah khususnya pemerintah desa, ia berharap untuk terus mendukung dan membantu apabila ada warganya berminat untuk membuat biogas seperti yang dibuatnya.
Dukungan dan bantuan pemerintah sangat dibutuhkan karena untuk membuat instalasi teknologi tepat guna yang bersumber dari energi baru terbarukan ini butuh biaya. “Silakan buat siapa saja yang mau belajar tentang biogas ini saya siap untuk membantu dan membagi pengalaman saya. Kami terbuka,” jelasnya.
sumber Suara  Merdeka

Himapikani Sasar Budi Daya Gurameh

Desa Beji Digunakan untuk Rakornas 


Beberapa universitas di Indonesia, berkumpul di Balai Desa Beji, Kedungbanteng, Banyumas, Minggu (24/9). Mahasiswa-mahasiswa tersebut tengah mengikuti Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani). Sekjen Himapikani Indonesia, Afan Arfandia mengatakan, di Desa Beji, Kedungbanteng, Banyumas merupakan desa yang banyak menghasilkan Gurameh. Bahkan per bulan dapat menghasilkan 30 juta butir telur gurameh yang siap ekspor ke luar Banyumas.

 “Daerah tujuan ekspor ke Tulungagung, Bakung, Padang, dan Medan,” katanya. Untuk penerapan budi daya Gurameh, menurut Afan, dilakukan dengan sistem bepasangan. Di mana dalam satu kolam diisi dengan satu Gurameh jantan dengan tiga hingga empat betina Gurameh. Dan semakin besar kolamnya, maka semakin banyak pula betina Guramehnya. Untuk budi daya Gurameh, dilakukan oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Pamuji Inggil Desa Beji yang dibentuk pada 30 September 2007. 

Terbentuknya Pamuji Inggil karena adanya tempat penangkaran budi daya perikanan yag dapat dimanfaatkan. Adapun tujuan pembentukan Pamuji Inggil ini untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Dan penerapan budi daya Gurameh sekarang sudah menggunakan standar operasional yang mengacu pada sertifikat budi daya ikan yang baik. Namun, tingkat penyerapan teknologi pada anggota UPR Pamuji Inggil belum merata. 

Sementara itu, Kepala Desa Beji, Salikun menyambut dengan antusias adanya Rakornas Himapikani di Desa Beji. Menurutnya, pilihan tepat mengadakan Rakornas di Desa Beji, karena berkali-kali memenangkan perlombaan nasional, UPR Pamuji Inggil pernah meraih juara nasional lomba budi daya perikanan. Dalam sambutannya, Salikun mengatakan bahawa sumber daya manusia (SDM) di Desa beji tidak kalah dengan dosen atau pengajar di kampus.

 “Karena SDM di sini langsung kerja di lapangan, kalau di perkuliahan mungkin hanya sebatas teori,” tuturnya. Salikun pun mengharapkan, mahasiswa yang mengikuti Rakornas Himapikani ini dapat praktik langsung ke kolam peternakan ikan yang ada di Desa Beji. Dengan begitu, mahasiswa-mahasiswa tersebut mendapat ilmu baru cara budi daya gurameh.

Sumber: Radarbanyumas.co.id

Senin, 25 September 2017

Mendoan Merah, Adaptasi Mendoan Agar Eksis di Era Globalisasi


Mendoan merupakan salah satu kuliner khas Bnayumas yang saat ini mula diakui keberadaannya baik oleh masyarakat Banyumas sendiri maupun masyarakat luar.Masyarakat Banyumas mengakui bahwa mendoan merupakan produk yang perlu dilestarikan sebagai baian dari nguri uri budaya tentu disamping karena citarasanya yang nikmat.

Mendoan merupakan bagian dari kebudayaan. Yang pada awalnya akrab dengan dunia masyarakat umum atau wong cilik tapi sekarang dengan masuknya kuliner mendoan ke hotel berbintang tentu mengangkat citra mendoan ke tempat yang lebih tinggi.

Beberapa tahun lalu sempat terjadi polemik dengan adanya klaim nama mendoan oleh pihak swasta karena telah mendaftar namanya sebaa merk dagang ke kementrian terkait . Namun gelombang protes besar-besaran dari banyak kalangan  yang tetap mendukung agar mendoan sebagai milik publik merupakan kesatuan produk dan nama yang tidak bisa dipisahkan. Sampa bupati Banyumaspun turun tangan dan kasus hebohnya mendoan sempat menjadi trending topik pada tahun tersebut di media Detik.com.

Mendoan yang awalnya merupakan makanan biasa ternyata memiliki efek luar biasa. Kita sangat bangga dengan mendoan. Nah saat ini ternyata banyak pihak yang kreatif dalam mengolah mendoan dengan membuat resep baru yang bisa menambah variasi mendoan itu sendiri mula dari jenis sambel yang melengkapi untuk disantap bersama mendoan maupun penampilan mendoan yang kekinian seperti mendoan merah.

Resep yang seperti ini semoga menambah nilai daya tarik mendoan agar semakin menarik  lagi  bagi kalangan muda dan masyarakat yang lebih luas.

Salah satunya mendoan merah yang dijual di salah satu warung di kawasan selatan gunung Slamet ini. Foto kiriman Erna Kurniasih


Menurut informasi yang saya telusuri diketahui bahwa mendoan merah dibuat dari tepung adonan campuran dari buah naga dan irisan cabe rawit. Di lokasi lan mungkin saja dicampur stroberi  untuk mendaptkan warna merah. Kreativitas seperti ini perlu diapresiasi karena ikut serta melestarikan mendoan tentu untuk menyasar penikmat kuliner yang saat ini penuh dengan kebaruan atau buadaya masa kini. Tentu saja tetap ada penikmat mendoan yang milih cita rasa orijinal . Apapun variasinya Menodan tetaplah mendoan yang rasanya nikmat dan sudah melekat sebagai baian dari gaya hidup masyarakat Banyumas.

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...