Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 29 Agustus 2016

Peluang Emas Optimalkan Potensi Gula Kristal Banyumas


Untuk Penuhi Permintaan Pasar 

Radar Banyumas
Potensi gula kristal di Kecamatan Cilongok belum dioptimalkan secara maksimal oleh 6.033 penderes gula. Pasalnya, dengan hasil produksi gula jawa mencapai 9 ton per hari hanya sekitar 100 kg yang diproduksi menjadi gula kristal. Kepala BKAD Cilongok, Waryoko menjelaskan, dengan jumlah produksi 100 kg per hari masih belum cukup untuk memenuhi permintaan gula kristal baik untuk pasar dalam negeri dan ekspor yang mencapai 10 ton per bulan. Untuk itu, pihaknya terus mendorong petani penderes bisa memanfaatkan kesempatan tersebut karena harga gula semut stabil. “Ini kesempatan bagi penderes untuk bisa beralih menjadikan gula jawa menjadi gula kristal. Selain itu, pemasarannya juga sangat menjanjikan, seperti di Desa Sudimara sudah ada perusahaan yang siap menampung hasil gula kristal petani, tentunya sudah bersertifikasi,” jelas Waryoko. Terkait kondisi tersebut, lanjut Waryoko, ada solusi bagi penderes yang selama ini menjadi aktor penting dengan produksi dan permintaan gula merah serta kristal di pasar dalam maupun luar negeri. “Ini yang terus kami sosialisasikan dan dorong kepada petani supaya bisa memanfaatkan peluang tersebut. Karena sudah banyak bukti terkait petani penderes yang beralih memproduksi gula kristal,”jelasnya. Di Karanglewas, meningkatnya permintaan pasar ekspor gula semut ke luar negeri sampai 11 ton per bulan, ternyata belum terpenuhi oleh petani dan suplaier yang ada di wilayah Banyumas. Pasalnya, jumlah produksi per bulan suplaier hanya bisa mengirim 4 ton per bulan. Salah satu suplaier eksportir gula semut atau kristal organik di Kecamatan Karanglewas, Lukman Wibisono SE menuturkan, permintaan ekspor komoditas gula semut atau kristal organik ke pasar Asia dan Eropa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan permintaan tersebut yang mencapai 11 ton per bulan belum bisa diimbangi oleh jumlah produksi ditingkat petani. Sementara ditingkat suplier juga belum bisa memenuhi permintaan tersebut. “Untuk ditingkat suplier saja yang menampung barang dari petani belum bisa mencukupi atau memenuhi kuota 11 ton per hari, apalagi ditingkat petani. Sehingga permintaan meningkat membuat kami kewalahan dengan memenuhi sisa 7 ton belum bisa kami penuhi,”jelas Lukman. Berbagai upaya untuk bisa memenuhi kuota, lanjut Lukman, ia bersama koperasi terus mensosialisasikan peluang tersebut. Menurutnya,petani penderes masih enggan untuk beralih memproduksi gula semut.


Sumber: http://radarbanyumas.co.id/peluang-emas-optimalkan-potensi-gula-kristal-banyumas-untuk-penuhi-permintaan-pasar/
Copyright © Radarbanyumas.co.id

Solusi Pemekaran Banyumas, Mana ibukota Kabupaten yang pas?

Tulisan ini adalah yang ke sekian dari ide saya, solusi agar Kabupaten tetap berdaya saing tinggi, berdampingan dengan daerah lain yang sudah membangun dalam  jangka waktu lama, yang mana pada saat yang sama di Kabupaten Banyumas pembangunan menumpuk di Purwokerto. Artinya Kabupaten  Banyumas mulai membangun dari awal.

Jarak Lumbir Tambak maupun Pekuncen Sumpiuh itu harus jadi perhatian serius , selama ini Purwokerto memang pas di tengah. Menurut kami ibukota paling berpeluang Banyumas tapi tiap eks kawedanan harus punya Upsa atau Uptd terpadu yang melayani administrasi kependudukan, pendidikan, tenaga kerjaan dll. Itu harus terbagi merata.

Bagi Banyumas  berat secara anggaran jika pecah jadi Barat dan Timur, kalo bersatu akan lebih kokoh bersaing dengan kabupaten tetangga caranya ya itu pelayanan merata. Kita yang penting hidup makmur ga perlu ego masing2 jadi ibukota, yang penting kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. 

Meskipun Kota Banyumas mungkin kalah ramai dengan kota semacam Kroya atau Majenang, tapi tetap punya potensi besar, salah satunya proyek besar Revitaliasi kawasan kota lama sebagai realisasi menjual heritage dan kota pusaka sebagai proram pemkab. Itu belum termasuk potensi alam an budaya sepanjang kali Serayu.
Membangun Banyumas jadi ibukota kabupaten lebih efisien secara biaya karena hanya membangun kantor yang belum ada, sebagian instansi vertikal suda hada dan berjalan normal seperti daerah otonom. 

Dari segi potensi ekonomi tentu sokongan Banyumas barat sebagai basis industri beratnya, serta Sumpouh dan sekitarnya sebagai basis kuliner.  

Obyek Wisata Small World Purwokerto, Rekreasi Sekaligus Edukasi di Taman Miniatur Dunia

Taman Miniatur Dunia (Small World) Desa Ketenger, Baturaden





credit to ARRY JEPE


Teryata tak semua minus,  meski perlu penyempurnaan, terkait postingan  saya sebelumnya http://sitoneizer.blogspot.com/2016/08/mimpi-banyumas-punya-madurodam.html



http://harianjotos.com/ini-di-baturr...eliling-dunia/


Radarbanyumas
Satu lagi tempat yang asik untuk mengajak keluarga, saudara atau teman untuk berlibur di Baturraden. Small World Purwokerto. Terletak di Jalan Raya Ketenger, Baturraden, taman miniatur dunia ini cocok untuk berlibur sekaligus edukasi tentang bangunan-bangunan terkenal di dunia. Menurut General Affair Small World Purwokerto, Deni, ide dan gagasan pembangunan wisata edukasi itu dari owner, yakni Sri Banowati. Ide tersebut muncul sejak 15 tahun lalu, saat masih bekerja. Sehingga baru terlaksana sekarang ketika sudah pensiun. “Dulu saat beliau bekerja sering bepergian ke luar negeri. Jadi punya ide seperti ini. Sebelumnya mau dibikin di Pangandaran, dulu sudah sempat dibangun sebagian tapi baru kepikiran kenapa tidak bikin di Purwokerto saja. Sempat juga rencana di Kebumen, karena beliau asli Kebumen, tetapi sepertinya kurang peminatnya. Sampai akhirnya diputuskan dibuat di Purwoketo,” kata dia saat ditemui Radarmas, Jumat (26/8). Ia menjelaskan, konsep awal pembangunan wisata itu, selain untuk edukasi juga untuk mengenalkan kesenian-kesenian baik dunia dan daerah. “Saat grand opening pada 10 September nanti, rencana mau digelar festival Jepang selama dua hari. Selain itu, ke depan juga rencana mau bikin event mingguan, bulanan dan tahunan,” jelasnya. Meskipun belum diresmikan, kata Deni, wisata edukasi yang dibangun di tanah seluas 1,2 hektare itu mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat. Animo masyarakat baik dari desa setempat maupun luar desa terjadi sejak Hari Minggu (21/8) kemarin. “Animo masyarakat cukup tinggi, padahal masih ada beberapa fasilitas yang belum selesai dibangun seperti toilet dan bangunan lainnya. Rata-rata hari biasa sekitar 300 orang, weekend sampai hampir 500 orang. Awal dibuka, hari malam minggu kemarin kita gratiskan. Tetapi hari minggunya kita buka tiketing dengan harga promosi Rp 10 ribu. Nanti setelah pembukaan, hari biasa tiketnya Rp 15 ribu dan weekend Rp 20 ribu,” terangnya. Ia mengaku saat ini memang belum diresmikan, namun sejumlah sekolahan sudah banyak yang mengunjungi taman tersebut. Rencana ke depan, taman tersebut juga bakal diperluas dan ditambah sejumlah wahana lainnya. “Saat ini baru ada 18 miniatur. Rencana ke depan ada pengembangan seluas 4 hektar dan menambah miniatur menjadi sekitar 30,” tambahnya. Pasangan pengunjung, Fendi dan Rani mengaku alasan datang ketempat tersebut lantaran penasaran dengan informasi yang mereka dapat dari media sosial. “Penasaran saja karena juga tempat baru. Apalagi banyak yang sudah upload juga di Instagram,” katanya. Mereka juga membawa anak. Tujuannya untuk memberikan edukasi pada anaknya. “Buat mengenalkan kepada anak kita, bahwa miniatur-miniatur tersebut merupakan bangunan terkjenal yang ada di dunia,” jelasnya.

Mempopulerkan Bank Sampah di Desa

Pendirian bank sampah adalah salah satu tahap dalam mewujudkan program PKH yaitu bagian dar i tahapan green society , yaitu menumbuhkan masyarakat yang sadar lingkungan dan berpartisipasi aktif mewujudkan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat termasuk pengelolaan sampah.


Salah satunya, Pendirian bank sampah Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang kabupaten Banyumas adalah langkah progresif dan penting terkait dengan rencana program pemkab Banyumas mewujudkan green city atau program kota hijau yang tak hanya terpusat di Purwokerto saja tapi juga direaliasikan di pedesaan. sebagai desa terluas dah berpenduduk terbesar di kecamatan Jatilawang tentu berdampak sebagai salah dari penghasil sampah di wilayah kerja DCKTR UPT Ajibarang. 

Desa lain juga sudah mulai menerapkan Bank Sampah sebagai bagian program kerja.  



suaramerdeka.com



Margasana dan Tiparkidul Lirik Bank Sampah

(SM-8-12-2016) Menghadapi permasalahan lingkungan yang makin kompleks saat ini, Pemerintah Desa Margasana Kecamatan Jatilawang dan Pemerintah Desa Tiparkidul Kecamatan Ajibarang mulai menggagas pendirian bank sampah. Bank sampah dinilai bisa menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah yang efektif dan efisien di tengah masyarakat yang semakin berkembang.
Sekretaris Desa Margasana, Tohidin mengatakan dari pengamatannya di lapangan, dengan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat maka berbanding lurus dengan pola konsumsi di masyarakat. Akibatnya produksi sampah pun meningkat di tingkatan rumah tangga.
Padahal dengan pengelolaan yang minim dan mengandalkan pihak pemerintah, sampah bisa menjadi masalah di kemudian hari. “Jadi dengan melihat seberapa besar sampah, maka kita bisa lihat seberapa besar pengeluaran keluarga.
Jika semakin banyak sampah, maka bisa dikatakan pola konsumsi warga semakin meningkat. Ini bisa menjadi masalah, sekaligus peluang untuk hal lainnya,” katanya. Dikatakan Tohidin, saat ini sampah masih menjadi masalah artinya sampah harus dibuang dan telah menjadi hal yang tidak berguna.
Padahal dengan pengalaman di berbagai daerah dan tempat lain, sampah baik organik maupun nonorganik bisa dikelola untuk menjadi barang yang bernilai ekonomi dan nilai guna. Makanya manajemen pengelolaan bank sampah bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah sampah yang ada di wilayah desa dekat perbatasan Rawalo tersebut.
“Selama ini sampah itu dibuang dan diangkut petugas kebersihan pemerintah dengan membayar retribusi tertentu. Kami berharap gagasan dan wacana bank sampah ke depan bisa direalisasikan, sehingga pengelolaan sampah ini bisa dilaksanakan oleh masyarakat dan mempunyai nilai guna dan ekonomi tersendiri,” jelasnya.
Dukungan Warga
Senada, Kepala Desa Tiparkidul Kecamatan Ajibarang, Riyanto mengatakan setelah berhasil meraih juara I Lomba Kebersihan Ketertiban dan Keamanan tingkat Kabupaten Banyumas akhir Agustus lalu, pihaknya kini menggagas berdirinya bank sampah.
Diharapkan bank sampah ini bisa menjadi wadah tindak lanjut dari proses pemilihan dan pemilahan sampah yang telah dilaksanakan oleh warga di sejumlah RW. “Kami berharap masyarakat dan pemerintah desa, bisa menjadi bagian dari solusi penanganan permasalahan sampah yang selama ini terjadi di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Apalagi wilayah Desa Tiparkidul telah menjadi bagian perkembangan desa kawasan industri di wilayah Ajibarang,” katanya. Terkait hal itulah, dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, kata Riyanto, pihaknya berharap ada dukungan, bimbingan dan pembinaan dari dinas terkait untuk ke depan bisa merangkul masyarakat merealisasikan bank sampah tersebut.
Bank sampah yang digagas untuk masyarakat ini dinilai bisa efektif karena di lingkungan masyarakat sendiri sekarang banyak pengumpul barang-barang rongsok. Dengan adanya pengusaha barang rongsokan tersebut, diharapkan berbagai sampah plastik ataupun logam yang layak dapat dijual. Sementara untuk sampah organik bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk organik untuk kesuburan tanaman yang ditanam warga di pekarangan.
Kepala Unit Kebersihan dan Pertamanan Ajibarang, Catur Hari Susilo mengatakan permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama. Untuk itulah penangangan sampah adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat.

Lumbir Kampanye Bersahabat dengan Sampah


Kampanye ‘Bersahabat dengan Sampah’terus dilaksanakan berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan sampah hingga wilayah pedesaan. Selain kampanye perubahan paradigma masyarakat memandang sampah, Pramuka Peduli Kwartir Ranting Lumbir juga sedang menggagas keberadaan bank sampah di Kecamatan Lumbir.
Pengurus Pramuka Peduli Kwarran Lumbir, Sakirun mengatakan perwujudan gagasan tentang bank sampah ini terus digencarkan, apalagi pihaknya bersama Pemerintah Desa Kedunggede juga baru saja mendapatkan bantuan berupa kendaran roda tiga untuk sarana pengangkut sampah. Diharapkan melalui bank sampah inilah, permasalahan sampah di wilayah Lumbir bertahap dapat ditangani masyarakat secara bersama-sama.
“Sesuai dengan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, kamipun berusaha untuk memandang sampah dari perspektif berbeda. ‘Bersahabat dengan Sampah’dan menjadikan sampah menjadi hal yang punya nilai guna dan ekonomi adalah paradigma baru yang harus diwujudkan bersama-sama,” katanya.
Perubahan paradigma terhadap sampah ini harus pula didorong dengan aksi nyata berupa pemilihan sampah organik dan non organik. Keberadaan bank sampah diharapkan dapat menjadi salah satu muara penyelesaian permasalahan sampah yang ada di lingkungan pedesaan. Apalagi selama ini permasalahan sampah juga terjadi di wilayah pedesaan.
Kebersamaan Warga
“Tidak hanya faktor ekonomi saja, melalui pengelolaan sampah bersama-sama inilah, diharapkan kerukunan dan kebersamaan warga akan semakin kuat. Kami berharap agar persoalan ini dan aksi ini bisa didukung berbagai pihak,” katanya yang mulai melaksanakan koordinasi dengan desa, kepala sekolah dan instansi terkait.
Kepala Desa Kedunggede, Rasdan HS juga mengucapkan terima kasih kepada anggota DPR RI Komisi 7, Dito Ganinduto bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup yang telah memfasilitasi pemberian sarana kendaran roda tiga untuk penanganan sampah.
Ia juga berharap agar pendampingan terhadap masyarkat dalam pengelolaan sampah dapat dilaksanakan terus oleh pemerintah ataupun pihak lainnya. “Sebagai warga kami butuh bimibingan dan pendampingan dalam pengembangan bank sampah. Kami berharap upaya untuk mewujudkan infrastruktur hijau, menuju Indonesia bersih dari sampah 2020 dapat diwujudkan bertahap mulai dari sekarang ini,” katanya.
Kasi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Lumbir, Sugiyanto juga berharap seluruh masyarakat, pemerintah desa dan juga jajaran pendidikan dapat bersinergi bersama untuk menjadi kader pengelola sampah di lingkunga masing-masing.
Dengan sinergi inilah diharapkan permasalahan sampah dapat teratasi mulai dari wilayah pedesaan. “Ini menjadi bagian dari penanganan permasalahan sampah dari pinggiran,” katanya. 
Info lain..

Pemdes Tiparkidul Gagas Pendirian Bank Sampah

Pemerintah Desa Tiparkidul Kecamatan Ajibarang yang sepekan lalu menerima penghargaan sebagai Juara I Lomba Kebersihan Ketertiban dan Keamanan tingkat Kabupaten Banyumas kini menggagas berdirinya bank sampah sebagai bagian pengelolaan di lingkungannya.
Kepala Desa Tiparkidul, Riyanto mengatakan gagasan tentang bank sampah ini sebagai tindak lanjut dari proses pemilihan dan pemilahan sampah yang telah dilaksanakan oleh warga di sejumlah RW.
Pemerintah Desa berharap agar wilayahnya menjadi bagian dari solusi permasalahan sampah yang selama ini terjadi di perkotaan dan pedesaan. Apalagi Desa Tiparkidul telah menjadi bagian perkembangan desa kawasan industri di wilayah Ajibarang.
“Ke depan dengan bank sampah ini diharapkan dapat turut meringankan beban pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah. Dengan bank sampah diharapkan sampah yang dibuang ke TPA dapat terkurangi,” jelasnya.
Menurut Riyanto, bank sampah yang digagas ini dinilai bisa efektif karena di lingkungan masyarakat sendiri sekarang ini banyak pengumpul barang-barang rongsok. Dengan adanya pengusaha barang rongsokan tersebut, diharapkan berbagai sampah plastik ataupun logam yang layak dapat dijual.
Sementara untuk sampah organik bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk organik untuk kesuburan tanaman. “Sebagaimana imbauan dari pemerintah, sampah hendaknya bisa dikelola dengan dimanfaatkan untuk pupuk organik, dijual langsung ataupun didaur ulang sehingga bisa mempunyai nilai tambah ekonomi,” katanya.
Giatkan Swadaya
Sebagai peserta wakil dari Kecamatan Ajibarang dalam lomba K3 Kabupaten Banyumas, Tiparkidul beberapa waktu lalu, masyarakat Desa Tiparkidul yang terdampak pabrik Semen Bima berusaha menggiatkan swadaya baik tenaga, pikiran dan dana untuk kemajuan lingkungan masing-masing.
Selain menggiatkan kebersihan, warga juga terus menggiatkan kegiatan penciptaan ketertiban dan keamanan masyarakat melalui ronda. Selain itu, juga diadakan pemanfaatan lahan kosong pekarangan rumah warga untuk tempat apotek hidup sekaligus tanaman pangan sederhana.
Camat Ajibarang, Alex Teguh Wibawa mengapresiasi kemenangan Tiparkidul sebagai wakil Ajibarang dalam lomba K3 tingkat Kabupaten Banyumas tersebut. Ia berharap kemenangan ini menjadi motivasi dan inspirasi warga desa untuk semakin meningkatkan K3 di lingkungannya.
“Jadi setelah lomba ini, kegiatan K3 ini akan semakin semangat sehingga semakin bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” katanya. Direktur Semen Bima, Joseph Karkam yang turut menyaksikan pemberian penghargaan lomba K3 untuk Tiparkidul oleh Bupati Banyumas juga terus mendorong agar perusahaan semakin ramah lingkungan.
Apalagi Tiparkidul merupakan bagian dari salah satu dari enam desa terdampak Semen Bima. Kepala Unit Kebersihan dan Pertamanan Ajibarang, Catur Hari Susilo mengatakan permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama.
Untuk itulah penanganan sampah adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat. “Makanya kami sangat mengharapkan peran serta masyarakat dalam mengelola sampah sehingga volume sampah yang dibuang ke TPA dapat terkurangi,” jelasnya.



Pemerintah Desa Tiparkidul Kecamatan Ajibarang saat ini sedang merintis dan mendorong warganya untuk memilih, memilah dan mengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini penting agar sampah tak selalu menjadi masalah bagi masyarakat dan lingkungan.
Kepala Desa Tiparkidul, Riyanto mengatakan langkah penanganan sampah dari rumah tangga ini dinilai mendesak dilaksanakan karena ribuan warga dari 62 RTdi desa setempat dipastikan menjadi produsen sampah tiap hari.
Tanpa penanganan dan pengelolaan yang tepat, sampah hanya akan menjadi sumber penyakit. Makanya pemilahan sampah mulai dilaksanakan agar sampah juga punya nilai guna dan nilai ekonomi. “Saat ini di lingkungan sejumlah RW telah terdapat tempat sampah organik dan nonorganik.
Dari lingkungan RT-RWyang ada inilah edukasi tentang sampah dan pemanfaatannya dilaksanakan termasuk untuk pupuk tanaman apotik hidup hingga pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan,” kata Riyanto yang mendorong warganya turut mempersiapkan Tiparkidul sebagai wakil Kecamatan Ajibarang dalam lomba Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan (K3) tingkat Banyumas.
Sementara itu untuk sampahsampah plastik yang layak jual atau daur ulang, kata Riyanto, warga bisa langsung menjualnya kepada pengepul barang-barang rongsok. Apalagi di sejumlah RTRWdi desa setempat, ada sejumlah warga yang berusaha di bidang barang rongsok. Sampahsampah plastik ataupun logam yang layak jual, maka bisa langsung dijual kepada pengepul.
“Harapannya jelang momen peringatan Hari Kemerdekaan RI Ke-71 ini nantinya, kesadarana masyarakat akan semakin tergugah dan pengelolaan sampah ini bisa mengarah kepada bank sampah. Dengan demikian meski Tiparkidul menjadi lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, namun tidak teledor dalam mengelola sampah,” jelasnya.
Terwujudnya K3
Ketua RT1 RW4 Desa Tiparkidul, Suyati mendukung pemerintah desa yang mendorong warganya untuk sadar akan pentingnya K3 di lingkungan masingmasing. kebersihan, ketertiban lingkungan. Selain tempat sampah organik dan anorganik, dengan swadaya warga, pihaknya juga telah membangun dan mengelola pos ronda di lingkungan setempat sebagai pusat keamanan lingkungan.
“Untuk tempat sampah, kami bersyukur karena kami dapat memperoleh bantuan drum bekas dari perusahaan kayu di desa kami dan kami sulap menjadi tempat sampah. Sementara untuk pos ronda kami juga lengkapi dengan berbagai kebutuhan bagi peronda dan warga, baik itu air minum hingga televisi,” jelasnya.
Untuk keamanan lingkungan setempat, kata Ketua RT perempuan tersebut, tiap malam dijadwalkan tujuh orang warga. Seorang warga berjaga di pos ronda sementara enam orang lain berkeliling di 59 rumah yang ada di lingkungan setempat.
Berkat kesigapan dari warga dan para peronda, pekan lalu, aksi pencurian kabel telekomunikasi berhasil digagalkan. “Selasa malam pekan lalu, warga berhasil menggagalkan aksi pencurian kabel telkom yang ada di tepi jalan raya Ajibarang- Wangon.
Setelah itu kami langsung lapor ke polisi dan gulungan kabel besar yang siap diangkut oleh kawanan pencuri itu berhasil diselamatkan,” katanya.

Embung Desa Dawuhan Antisipasi Kemarau

suaramerdeka.com
Pembangunan embung di Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas telah dimulai pekan ini. Embung tersebut nantinya akan dimanfaatkan warga di empat desa, yakni Dawuhan, Kalisube, Pasinggangan dan Papringan.
Kepala Desa Dawuhan, Titik Badriyah, mengemukakan pembangunan embung merupakan usulan dari warga. Hal itu untuk mengairi area persawahan, khususnya pada saat musim kemarau.
Pasalnya debit air pada saat musim kemarau akan berkurang drastis. “Warga yang menginginkan adanya tempat penampungan air untuk mengairi area persawahan†bila musim kemarau tiba. Usulan warga tersebut diteruskan ke Dinas Pertanian dan mendapat respon yang positif,” katanya, kemarin.
Selain untuk mengairi area persawahan, menurut dia, embung itu juga dapat dimanfaatkan warga pada saat musim kemarau. Menurut rencana embung tersebut juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan budi daya air tawar. Embung tersebut memiliki volume 16 x15 x 3 yang digunakan untuk menampung air dari Sungai Serayu.
Air dari SUngai Serayu disedot menggunakan pompa dan disalurkan menggunakan pipa sepanjang 800 meter menuju embung. Keberadan embung itu diperkirakan dapat mengaliri area persawahan seluas 200 hektare yang ada di empat desa. “Pembangunan embung ini melibatkan masyarakat dan TNI.
Semoga ke depan keberadaannya dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ujar dia. Sementara itu, Danramil 07 Banyumas Kapten Inf†Rabun, mengatakan menurunkan anggota TNI dari Kodim 0701 Banyumas sebanyak satu peleton (35 orang). Mereka akan membantu masyarakat dalam proses pembuatan embung.
“Pembuatan Saluran Pipa sepanjang 800 meter dari Sungai Serayu hingga lokasi embung juga sudah mulai dikerjakan oleh masyarakat dan anggota Kodim 0701 Banyumas. Pengerjaan saluran pipa ini memakan waktu sekitar tiga hari,” jelas dia.

Potensi Aren Belum Digarap Optimal

suaramerdeka.com
Pohon aren potensial untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomi dan mampu menghasilkan komoditas pangan olahan.
Namun, potensi aren belum digarap optimal. Ketua Bidang Promosi dan Kemitraan Asosiasi Aren Indonesia (AAI), Pujiyono, mengatakan hal itu saat sosialisasi dan konsolidasi AAI Provinsi Jateng di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Minggu (28/8).
Menurutnya, pohon nira mampu menghasilkan beberapa produk, seperti gula aren, kolangkaling, serta ijuk pohon aren yang dapat dimanfaatkan untuk produk sapu lantai. ”Kami mendorong masyarakat di Jawa Tengah memanfaatkan pohon aren untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah itu, kami mencoba melakukan gerakan penanaman pohon aren,” katanya.
Pola Kemitraan
Pujiyono mengatakan, setelah deklarasi AAI Jawa Tengah akan dikembangkan pola kemitraan, kemudian diarahkan untuk membentuk koperasi. ”Kami juga akan memberikan edukasi kepada para petani untuk meningkatkan kualitas SDM, serta menerapkan teknologi tepat guna,” terangnya.
Dalam penerapan teknologi tepat guna, AAI menggandeng perguruan tinggi. Harapannya, agar produksi nira aren milik petani lebih berkualitas sehingga memiliki daya saing produk di pasar domestik. Ketua AAI Andi Lukman menambahkan, asosiasi ini sebagai wadah perjuangan para petani aren dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
”Selain memiliki nilai ekonomi, pohon aren dapat dimanfaatkan sebagai tanaman untuk konservasi lingkungan. Jadi, pohon aren perlu dikembangkan karena manfaatnya besar,” katanya.
Melalui asosiasi ini, kata dia, pihaknya akan menggali potensi aren dari hulu sampai hilir. Para petani juga akan diedukasi tentang pengelolaan sebagai sumber pendapatan masyarakat. ”Kami ingin mengajak masyarakat untuk mencintai aren dan produk olahan dari pohon aren,” katanya. 

Data Dukung Pemekaran Banyumas Penuhi Syarat


■ Sosialisasi Tunggu Petunjuk Bupati

suaramerdeka.com
PURWOKERTO – Sesuai kapasitas dan kewilayahan, rencana pengusulan pemekaran Kabupaten Banyumas menjadi dua daerah otonom, yakni kabupaten induk dan Kota Purwokerto dianggap telah memenuhi syarat.
Hal itu terungkap dalam rekomendasi tim kajian evaluasi dan pemetaan untuk kebutuhan data dukung usulan pemekaran yang dilakukan tim LPPM Unsoed, beberapa waktu lalu.
Kepala Bagian Pemerintahan Setda Banyumas, Wahyu Dianto mengatakan, kendati dianggap telah memenuhi syarat, namun tim LPPM juga memberi catatan.
Di antaranya dari sisi rentang kendali, khusus untuk kabupaten dianggap tidak efisien, karena jaraknya terlalu jauh dari Kecamatan Lumbir paling barat dengan Kecamatan Tambak paling timur. “Dibutuhkan skenario kajian pemekaran yang baru.
Namun ini belum bisa kita lakukan karena masih ada langkah-langkah lain yang harus disiapkan lebih dulu terkait persyaratan administrasi,” kata dia, kemarin. Langkah lain yang akan dilakukan, jelas dia, seperti sosialisasi ke masyarakat desa dan kelurahan, hingga ada persetujuan bersama antara pihak pemerintah desa dengan BPD.
Setelah itu, antara bupati dan DPRD juga harus ada persetujuan bersama, sepakat untuk meneruskan usulan ke gubernur. “Semua desa harus memberikan pernyataan persetujuan atau menolak yang didasarkan hasil musyawarah desa bersama BPD,” terangnya.
Kajian
Setelah dilakukan kajian pemetaan pemekaran, jelas dia, pihaknya bakal fokus untuk persiapan sosialisasi ke masyarakat. Namun ini baru bisa dilakukan setelah mendapatkan petunjuk dari pimpinan daerah. Sebelum sosialisasi, katanya, harus ada kesamaan pandangan lebih dulu dari pimpinan, sehingga saat pihaknya melangkah, sudah jelas yang akan dilakukan.
“Tahapan pengusulan tetap harus kita lakukan, karena sudah menjadi kebijakan daerah yang tertuang pada Perda No 24 Tahun 2009 tentang RPJMD Tahun 2013-2018. Batas maksimal pengusulan 2018, dengan catatan memang ada kehendak bersama dari masyarakat, dan unsur pemerintah daerah sepakat untuk mengusulkan,” jelasnya.
Kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Bagian Pemerintahan Setda Banyumas, Dwi Nur Widyanto mengatakan, sosialisasi dilakukan untuk tujuan usulan pemekaran, sekaligus melihat respon dari masyarakat. Jika aspirasi masyarakat mendukung, maka proses bisa dilanjutkan. Namun sebaliknya, jika mayoritas menolak, berarti usulan pemekaran tidak perlu dilanjutkan.
Dijelaskan, sesuai amanat UU No 23 Tahun 2014, terkait pemekaran, sebenarnya tidak ada keharusan pemkab melakukan kajian awal. Pasalnya kajian nanti akan dilakukan oleh tim independen, bentukan dari pemerintah pusat, setelah ada usulan pemekaran masuk.
“Cuma pada saat ada usulan pengusulan ke Mendagari melalui gubernur, dalam lampirannya sudah ada data dukung yang telah kita siapkan. Kan lucu, ada keinginan untuk pemekaran, tidak didukung dengan data yang terkait,” jelasnya. Syarat yang utama, kata dia, justru harus disertai lampiran hasil persetujuan desa dengan BPD dan Bupati bersama DPRD, mengusulkan lewat gubernur.
“Kebetulan sampai saat ini peraturan pemerintah (PP) terkait tindak lanjut UU No 23/2014, mengenai pemekaran sejuah ini belum ada. namun dalam rancangan peraturan pemerintah, disebutkan, ada dua syarat utama. Yakni administrasi berupa hasil aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam keputusan bersama antara desa dan BPD. Kedua syarat kewilayahan,” terang Dwi.
Di provinsi, kata dia, juga masih ada proses adanya persetujuan gubernur dengan DPRD provinsi. Jika mereka setuju, maka gubernur meneruskan membuat surat usulan ke Mendagri.
Dwi menandaskan, sebenarnya data dukung hasil evaluasi dan pemetaan pemekaran tersebut sudah cukup. Jika mau ada kajian lagi, juga harus mendasarkan pada PP, yang sejuah ini belum turun. Lagi pula, nantinya juga ada kajian tim independen dari pusat.

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...