Objek wisata dengan harga tiket paling murah adalah Museum Wayang Banyumas. Tiket hanya seribu rupiah, baik untuk anak maupun dewasa, cuma seribu rupiah. Staf Pengelola Museum Wayang Banyumas, Sukrisman mengungkapkan, , meski harga tiket masuk sudah sangat murah, masih ada saja pengunjung yang meminta pembebasan tiket masuk alias gratis. “Panitia mengirimkan surat akan melakukan kunjungan ke Museum Wayang Banyumas. Pesertanya rombongan, dan pada akhir paragraf surat minta tiket digratiskan,” kata Sukrisman sembari memperlihatkan dokumentasi surat tersebut di smartphonenya kepada Radarmas. Permohonan pembebasan biaya tiket dari pengunjung bukan hanya satu dua kali terjadi. Padahal, harga tiket sudah di bawah standar. Bandingkan saja dengan objek wisata lain yang ada di Kabupaten Banyumas. Pengunjung Museum Wayang Banyumas, juga tidak dikenakan tarif parkir kendaraan. Ketika menggunakan fasilitas toilet juga tidak dipungut biaya.
“Mungkin pengunjung yang minta tiket gratis karena tidak tahu berapa harga tiket. Ketika berwisata ke tempat lain tiketnya sampai puluhan ribu, dikira harga tiket puluhan ribu juga,” ungkap Sukrisman. Menurut dia, pengelola Museum Wayang Banyumas tidak berani menaikkan tarif tiket secara sepihak. Sebab pengaturan harga tiket diputuskan melalui peraturan daerah, sehingga bukan hal mudah dalam pembahasan kenaikan harga tiket. Murahnya harga tiket bukan jaminan membludaknya pengunjung.
Setiap tahun, jumlah pengunjung tidak mencapai sepuluh ribu orang. Pengunjung Museum Wayang Banyumas pada 2017 melebihi target yang dipatok oleh Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas. Tahun 2017, target pengunjung lima ribu orang. Sedangkan realisasi mencapai enam ribu orang lebih. Sukrisman merinci pengunjung terbanyak berupa pelajar sekitar 70 persen karena di dalam kurikulum terdapat muatan lokal. Kemudian antara 10 persen sampai 15 persen pengunjung tour.
“Sepuluh persen sisanya adalah pengunjung kesasar. Banyak yang belum tahu ada Museum Wayang Banyumas. Misalnya, orang membuat SIM keliling di Pendopo Kecamatan Banyumas. Dari pada lama antri, mereka masuk ke museum dan berkomentar ternyata ada museum wayang di Banyumas. Padahal orang Banyumas tapi belum tahu,” tandas Sukrisman.
Sumber: Radarbanyumas.co.id
Catatan: Banyak sekali yang harus dibenahi sektor pariwisata kita, bukan hanya sekedar merenovasi objek wisata, melainkan konektivitas atau jaringan lain yang berhubungan agar menghidupkan kepariwisataan itu sendiri, seperti sosialisai kepada masyarakat sekitar atau melibatkan Pokdarwis, melibatkan institusi pendidikan serta peran swasta seperti rumah makan, akomodasi dan travel.
Sepinya Museum wayang membuktikan bahwa revitalisasi kawasan kota lama seperti alun alun, dan taman sari belum berdampak signifikan menaikan kunjungan. Padahal seharusnya sudah menajdi tugas bersama pemerintah dan masyarakat bagaimana cara mewujudkan Banyumas sebagai kota warisan, status yang telah diberikan oleh Pemkab Banyumas sebagai rencana besar pengembangan kawasan kota lama.
Pada kasus musem wayang, bisa saja pihak pengelola museum bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, agar setiapmsekolah dari berbagai jenjang pendidikan, untuk dijadwalkan berkunjung dan melakukan study di museum. Itu baru satu contoh.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus