Banyumas Berperan di Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan di Kabupaten Banyumas memberi kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, dibandingkan dengan empat sektor lain.
Sektor perdagangan dari Kota Satria itu menyumbang sekitar 4,4 persen atau tertinggi ketiga setelah Kota Semarang 14 persen dan Kota Surakarta 5,8 persen. Sedangkan kabupaten lain yang memberi kontribusi sektor ini diantaranya, Brebes, Sragen, Cilacap, Klaten dan Sukoharjo.
”Dari empat sektor, Banyumas mengambil peran di sektor perdagangan. Mungkin ISEI perlu mengamati apa yang diperdagangkan di sektor perdagagan ini,” kata staf pengajar FEB Universitas Indonesia, Djoni Hartono pada Seminar Perkembangan Ekonomi Regional yang digelar oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Purwokerto di Hotel Aston Imperium Purwokerto, barubaru ini.
Menurut dia, pada sektor lain seperti pertanian Banyumas memberi kontribusi 3,5 persen. Sedangkan kabupaten yang memberi sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor ini diantaranya, Kabupaten Brebes 9,26 persen, Cilacap 5,70 persen, Pati 5,49 persen, Wonogiri 4,68 persen, Grobogan 4,23 persen dan Kendal 4,21 persen.
”Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, kontribusi sektor pertanian cukup merata, tapi begitu masuk ke sektor industri hanya ada tiga kabupaten yang memberi kontribusi besar,” katanya. Ketiga itu, antara lain Kota Semarang memberi kontribusi 10,6 persen, Kudus 19,4 persen dan Cilacap 17,1 persen. Banyumas sendiri hanya memberi kontribusi 2,7 persen. Untuk sektor kontruksi paling tinggi disumbang Kota Semarang 35 persen. Lebih lanjut Djoni Hartono mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada 2016 sebesar 5,28 persen.
Struktur perekonomian Provinsi Jawa Tengah di dominasi oleh empat sektor, yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi. Industri pengolahan menyumbang lebih dari sepertiga bagian. Keempat sektor tersebut menyumbang lebih dari 70 persen. Dari empat sektor utama tersebut, kata dia, hanya konstruksi dan perdagangan yang mengalami percepatan, sedangkan sektor industri pengolahan dan pertanian mengalami perlambatan. Padahal kedua sektor itu memiliki proporsi 50 persen.
”Sektor pertanian dan industri melambat, meskipun kontruksi dan perdagangan meningkat. Perlambatan sektor pertanian karena di beberapa kabupaten hasil pertaniannya di 2016 tidak menggembirakan. Dugaannya akibat faktor cuaca yang menyebabkan hasil pertanian tidak optimal,” katanya menjelaskan.
Mengalami Percepatan
Dikatakan, sektor pertambangan mengalami percepatan pertumbuhan paling tinggi. Sektor pertambangan di Kabupaten Blora mengalami peningkatan kontribusi yang relatif signifikan dari 10 persen menjadi 17 persen. ”Pertambangan tiba-tiba naik cukup tinggi, karena Kabupaten Blora memberikan kontribusi 17 persen, jadi jangan kaget Blora memberikan pertumbuhannnya 18,73 persen,” katanya.
Adapun untuk arah dan implikasi kebijakan, Djoni Hartono mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 berada dikisaran 5,1 persen- 5,3 persen dan implikasi bagi Provinsi Jawa Tengah, yaitu pertumbuhan ekonomi berkisar 5,3 persen - 5,6 persen (Proyeksi BI 5,2 persen-5,6 persen), rerata pertumbuhan ekonomi tahunan untuk kabupaten/kota berkisar 5,8 persen- 6,0 persen.
Kemudian, menjaga momentum sektor industri dan perdagangan, menjaga dan mendorong peran dan pertumbuhan sektor pertanian serta pentingnya sinergi antarsektor (pertanian, industri dan perdagangan). Adapun kegiatan industri di Provinsi Jawa Tengah untuk mendukung kegiatan industri nasional, menjadi penghubung kegiatan pertanian dan nonpertanian, perlunya pertimbangan transformasi struktural serta pengembangan industri lainnya yang potensial.
sumber Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar