Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 11 April 2016

Pemekaran wilayah antara aspirasi, hambatan dan solusi




Sebenarnya saya tak terlalu berharap terjadi pemekaran kabupaten Banyumas. Saya lebih berharap adanya pemerataan pembangunan, berupa pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas vital yang selama ini menumpuk di ibukota kabupaten , lebih terbagi ke 4 pusat sub wilayah berdasarkan perda RDTRK yang berakhirtahun 2015. Akan tetapi sudah beredar informasi bahwa pemekaran antara Kabupaten banyumas dan Kotya Purwokerto adalah keputusan daerah dalam hal ini eksekutif dan leglisatif pada tahun 2004-an, maka saya berharap semoga itu bisa mensejaherakan masyarakat sebagai tujuan utama pemekaran itu. Untuk Kota Purwokerto mungkin tak terllau lmenjadi kendala besar terkait pembiayaan dan sumber PAD, namun bagi kabupaten Banyumas selain sumber PAD yang juga menjadi problem adalah kondisi geografis yang luas antara barat dan timur. Sehingga seperti apa yng dikatakan oleh pak Wakil Bupati bahwa sebaiknya pemekaran wilayah itu menjadi 3 Kabupaten kota, masing masing kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Ajibarang. Namun jika kembali ke masalah kabupaten maka jelas akan sangat berat secara daya saing dan keuangan, anggaran yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur dan pelayanan terhadap masyarakat bisa teralihkan menjadi membangun kantor dan gaji pegawai. Ini sebuah kerugian yang tentu bukan tujuan pemekaran yang intinya adalah pemenuhan atas kebutuhan masyarakat . Menurut saya Kabuapten tetap satu yaitu Banyumas yang meliputi wilayah antara Lumbir dan Tambak. Nah, bagaimana solusi agar jauhnya jarak antara 2 wilayah ini ke pusat pemerintahan tidak menjadi kendala? Saya punya ide antara lain :
1.       Wangon dan Kota Banyumas dijadikan pusat pemerintahan ( ibukota bersama) dengan rincian Kantor Muspida berada di Kota Banyumas, dan perkantoran dinas instansi berada di Wangon. Kota Banyuimas saat ini sudah ada kantor Pengadilan Negeri/agama, Kejkasaan Negeri , Rutan, tinggal membangun kantor Muspida lainnya. Serta Dinas pariwisata sebaiknya di Banyumas, karena yang akan menghandle kota tua Banyumas yang potensinya harus dimaksimalkan.
2.        Sementara di Wangon dibangun Perkantoran terpadu dengan membangun sebuah gedung yang bisa menangani semua kegiatan kedinasan ( gedung terpadu) untuk menghemat lahan, meningkatkan efisiensi biaya dan meminimalisir alih fungsi lahan pertanian. Bisa dengan membangun gedung misalnya berlantai 6 dengan yang masing masing lantainya terbagi menjadi beberapa kantor. Untuk yang langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat ditempatkan di lantai terbawah misalnya Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan dan Catan sipil, Dinas Pendidikan, dan sebagainya.
3.       Bagaimana dengan pelayanan masyarakat di wilayah timur? Perlu dibangun sebuah kantor cabang di Banyumas yang menangani pelayanan yang vital seperti pelayanan catatan sipil, tenaga kerja dan sejenisnya.
4.       Semua kantor Kecamatan dimaksimalkan fungsinya sepetrti yang sudah mulai berjalan seperti saat ini yaitu ke fungsi perijinan.
5.       Infrastruktur vital dibangun di semua ibukota kecamatan dalam hal ini, harus dibangun Pedestrian (trotoar) yang baik, dilengkapi tanaman peneduh dan lampu jalan, memiliki taman kota atau Ruang terbuka hijau, pengaspalan di semua ruas jalan desa dan dalam kota,
6.       Membangun infrastruktur serbaguna seperti embung yang dilengkapi taman , serta kebun buah, selain berfungsi sebagai pensuplai air saat kemarau dan pengairan bagi perkebunan, juga bisa menjadi objek wisata yang potensial menjadi daya tarik wisatawan sekaligus memberdayakan PKL dengan mendirikan stand di lokasi khusus.
7.       Memaksimalkan Biolita yang saat ini terbatas untuk mengolah limbah tahu di Cilongok, dibangun di daerah lain untuk mengolah limbah organik rumah tangga. Selain itu juga dibangun Tempat pengolahan sampah terpadu yang mana bukan sekedar memusnahkan sampah tapi juga bisa meanfaatkan sampah untuk fungsi lain seperti daur ulang sampah plastik, kertas dan logam.
8.       Instansi pemerintah membina masyarakat , membangun kemitraan dan koperasi yang masing masing memanfaatkan segala potensi daerahnya di bidang industri rakyat baik itu penhasil produk makanan / kuliner, barang kerajinan maupun perkakas atau banrang kebutuhan ( peralatan , genteng, batu bata, mebel dll), membantu memasarkan dengan bekerja sama dengan pelaku usaha pasar modern,  membuat sentra penjualan baik di dekat lokasi wisata unggulan maupun memasarkan di dareah lain  atau bahkan ekspor.
9.       Membangin infastruktur ke semua lokasi wisata, memberdayakan penduduk lokal untuk ikut serta mengelola tempat wisata, membuat paket wisata terpadu kepada wisatawan beserta segala akomodasinya serta tak kalah penting adalah menampilkan atau menyajikan sega potensi masyarakatnya sehingga tujuan utama keberhasilan pariwisata berupa terulanganya kunjungan , lamanya tinggal sertra banyaknya belanja bisa tercapai.
Semoga hal hal ini bisa terwujud , sehingga Pemekaran Wilayah bisa mejadi solusi terhadap terciptanya kesehjahteraan msyarakat bukan malah membebani anggaran dengan membiayai anggaran pegawai.
Ilustrasi , contoh embung atau danau buatan sebagai salah satu RTH dalam kota berfungsi sebagai sarana pariwisata.

Quote:
Originally Posted by ANDR3Y

digarap menjai hutan produksi


 suaramerdeka.com -Bupati Banyumas, Achmad Husein mendorong wilayah Perhutani petak 100 yang gundul da menjadi sebab banjir bandang di Desa Besuki da Cidora Kecamatan Lumbir agar ditanami lagi dan dijadikan hutan lindung.
Hal itu disampaikan Husein saat mengadakankunjungan paska bencana banjir bandang di Desa Besuki dan Desa Cidora Jumat (8/4) sore bersama jajaran dinas terkait. Husein berjanji akan menyampaikan adanya bencana banjir yang disebabkan karena gundulya hutan produksi milik Perhutani di wilayah Dusun Karangduwur tersebut ke Gubernur Jawa Tengah.
“Saya minta untuk petak 10 lahan Perhutani jangan digarap menjai hutan produksi. Namun kami minta agar peytak ini bisa dijadikan hutan lindung saja,” jelasnya di hadapan ratusan warga.
Selain itu, Husein juga menjanjikan akan memberi bantuan bronjong dan tanggul untuk sungai di wilayah desa setempat. Pengecekan akan dilasanakan minggu depan dan pembangunannya direncanakan dilaksanakan Oktober hingga Desember 2016 mendatang.
Dalam kunjungan itu Husein juga mengecek lokasi Sungai Manggis dan rumah-rumah warga yang terdampak banjir, Husein menyarankan kepada para kepala desa untuk mengusulkan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Husein juga berharap agar dengan gratisnya pendidikan dasar agar tidak ada anak-anak usia sekolah sampai putus sekolah.
Seperti diketahui hingga saat ini, warga Dusun Karagduwur Desa Cidora Kecamatan Lumbir masih mengkhawatirkan adanya banjir bandang susulan ketika hujan deras turun saat ini. Untuk itulah warga berharap pemerintah segera melaksanakan penanganan banjir bandang tersebut dengan segera.
“Warga berharap agar pendangkalan sungai dan hutan gundul di atas wilayah Dusun Karangduwur dapat segera ditangani. Kami berharap ke depan tidak ada lagi banjir bandang seperti yang terjadi Desember dan Maret kemarin,” jelasnya.

Penertiban parkir liar


PURWOKERTO, suaramerdeka.com– Maraknya parkir liar di wilayah Purwokerto dan pusat-pusat keramaian di wilayah pinggiran bakal ditertibkan.
Akibat maraknya petugas parkir liar tersebut, potensi pendapatan asli daerah dari sektor tersebut tidak bisa maksimal. Kondisi tersebut juga banyak dikeluhkan masyarakat.
Kepala UPT Perparkiran Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dinhubkominfo) Pemkab Banyumas, Suparwoto mengatakan, banyak keluhan dari masyarakat maraknya petugas parkir liar dan minta segera ditertibkan. Untuk penertiban sendiri, katanya, bakal dilakukan dalam waktu dekat.
Penertiban akan melibatkan tim gabungan dan pengelola zona parkir yang sudah bekerjasama dengan pihak dinas. “Kita jadwalkan mulai Mei bakal dilakukan penertiban oleh tim gabungan, bersama Satpol PP dan pihak kepolisian,” katanya, Minggu (10/4).
Dia mengatakan, pihaknya sekarang masih fokus melakukan pendtaan, berapa petugas parkir yang resmi terdata masuk dalam pengelolaan oleh pihak ketiga yang masuk zona-zona maupun yang langsung dikendalikan UPT Parkir Dinhubkominfo.
“Pendataan sudah kita mulai awal April ini dan kita targetkan selesai sebulan ini. Setelah data masuk, ini nanti yang akan kita jadikan pegangan untuk melakukan penertiban di lapangan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, mengacu data tahun lalu, petugas parkir yang resmi ada 750 orang. Diperkirakan jumlah tersebut terus bertambah. Ini tidak menutup kemungkinan jumlahnya makin membenkak karena banyak bermunculan petugas parkir tidak resmi.
“Tidak hanya masyarakat yang dirugikan, pemkab juga dirugikan karena potensi parkir tidak bisa masuk dan kalau ada permasalahan di lapangan, kita juga pasti kena dampaknya. Nanti setelah ditertibkanb, petugas parkir yang tidak resmi, akan kita arahkan mau bergabung atau tidak,’ katanya.

Kamis, 07 April 2016

BANYUMAS RINTIS ENAM DESA ENTREPRENEURSHIP

*RMOL*. Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, membentuk enam desa rintisan mandiri usaha atau Desa Entrepreneurship. Masing-masing desa memiliki produk unggulan dan branding daerah berbeda.
"Keenam desa ini merupakan desa pilot project desa entrepreneurship. Ke depan diharapkan bisa memuka lapangan kerja untuk umur produktif," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Sumber Daya Manusia dan Teknologi Tepat Guna Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (Bapermas PKB) Banyumas, Amrin Makruf, Jumat (14/8).
Keenam desa ini adalah, Desa Cingebul dengan produk utama merica dan jamur tiram, lalu Desa Gumelar dengan produk tapioka dan kambing etawa, kemudian Desa Pesantren dan Tambak dengan konsentrasi produk olahan dari peternakan bebek dan mentok. Terakhir desa Kebocoran dan Piyasa dengan produk pertanian dan perikanan.
"Dari 351 desa yang ada di Banyumas, hanya enam desa yang terpilih melakukan kegiatan (usaha mandiri) ini," ungkapnya.
Amrin menjelaskan rintisan desa entrepreneurship adalah konsep pembangunan perdesaan dengan mendorong pengembangan usaha menengah keuangan mikro (UMKM) dan kelompok usaha berbasis potensi desa.
"Masing-masing desa akan membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengelola potensi desa dengan unit usahanya," jelasnya.
Desa usaha mandiri (entrepreneurship) ini, kata dia, merupakan konsep Bupati Banyumas untuk mendampingi program gubernur soal desa berdikari.
Amrin mengaku optimis Berkembangnya UMKM ini bakal membuka lapangan kerja baru sehingga bisa menggerakan kehidupan ekonomi masyarakat desa. *[ysa]*

RMOL 14 AGUSTUS 2015

Banjir Bandang Desa Besuki dan Desa Cidora Kecamatan Lumbir

Warga Khawatirkan Banjir Bandang Susulan


suaramerdeka.com -Warga korban banjir bandang akibat luapan tiga sungai di Desa Besuki dan Desa Cidora Kecamatan Lumbir masih mengkhawatirkan adanya banjir bandang susulan. Pasalnya ketika hujan deras lebih dua jam turun, maka potensi banjir bandang akibat luapan sungai itu masih berpotensi terjadi.
Warga Karangduwur, Desa Cidora, Siman (55) menuturkan banjir bandang yang terjadi, Minggu (3/4) malam akibat hujan deras dari sore pukul 21.30 hingga tengah malam membuat Sungai Manggis meluap. Dinding rumah tidak permanen miliknya banyak yang jebol karena terdorong material sampah yang terbawa oleh banjir bandang. Air yang menggenang bahkan mencapai lebih dari 1,5 meter. “Banyak perkakas dan perabotan rumah tangga yang basah karena terendam oleh banjir. Kamipun sampai sekarang harus sibuk membersihkan lumpur, sampah dan membenahi tiang rumah dan dinding yang jebol,” katanya, Selasa (5/4).
Menurut Siman, banjir bandang yang terjadi pada Minggu malam kemarin merupakan yang terparah. Sebelumnya pada akhir Desember 2015 lalu, banjir bandang juga sempat terjadi. Namun sampah dan material banjir bandang tak begitu banyak masuk ke rumah seperti kejadian kemarin. “Makanya ketika sekarang ini masih sering hujan besar kami khawatir adanya banjir bandang lagi. Saat ini sejumlah tanggul dan tebing sungai juga banyak yang terkikis dan permukaan sungai terus mengalami pendangkalan,” jelasnya.
Warga Desa lainnya, Dasimah mengaku panik ketika terjadi banjir bandang. Apalagi datangnya air yang besar itu cukup tiba-tiba. Tak heran ketika banjir bandang terjadi ia bersama anak dan cucunya yang masih usia dua tahun langsung keluar rumah dan mengungsi di tempat yang lebih tinggi. “Itupun kami harus bersusah payah melewati genangan air yang cukup banyak. Apalagi saat kejadian sedang hujan deras disertai mati listrik,” ujarnya.
Kepala Dusun II Desa Cidora, Miskam mengatakan adanya banjir bandang ini memang terjadi karena terdorong pendangkalan sungai. Selain itu, banjir bandang juga diduga terpicu karena makin sedikitnya lahan penyerap air. “Makanya usai banjir bandang Desember 2015 lalu, pemerintah desa sempat mengusulkan adanya normalisasi sungai yang rawan banjir bandang atau meluap ketika hujan deras turun dalam waktu lama. Dengan dua kalinya kejadian banjir bandang ini, kami berharap bisa ada saran dan solusi berikutnya,” katanya.

 Alih Fungsi Lahan Jadi Pemicu Banjir Bandang


  Banjir bandang yang berdampak pada 99 rumah warga di Desa Besuki dan Desa Cidora Kecamatan Lumbir diduga kuat karena hutan gundul dan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai juga semakin membuat permukaan sungai semakin tinggi sehingga ketika air meluap maka bisa langsung mengenai pemukiman. Perangkat Desa Cidora, Miskam mengatakan pendangkalan sungai di wilayah Dusun Karangduwur, Cidora hingga Desa Besuki ini salah satunya disebabkan material lumpur, tanah dari sawah dan kebun dari hulu sungai. Terbawanya material sampah, tanah, lumpur oleh air hujan ini diakibatkan semakin jarangnya tanaman konservasi di hulu sungai tersebut. Seperti diketahui terdapat dua sungai yaitu Sungai Manggis dan Sungai Bedagung. Sementara itu aliran dua sungai ini akan bertemu di dungai Lopasir di Desa Besuki. “Semakin di hulu banyak hutan dijadikan sawah atau ladang, maka ketika hujan deras maka semakin banyak material lumpur dan tanah yang hanyut ke sungai. Makanya sungai di sekitar pemukiman warga ini semakin dangkal, dan ketika lebih dari dua jam turun hujan, maka dengan mudah air akan meluap,” katanya, Rabu (6/4). Terkait pendangkalan sungai inilah, pihak pemerintah desa sempat mengajukan permohonan kepada dinas terkait untuk bisa membantu mengadakan pengerukan sungai atau normalisasi. Namun demikian sampai saat ini memang belum ada jawaban yang jelas terkait hal tersebut. Apalagi lokasi sungai yang mengalami pendangkalan tersebut juga cukup panjang mulai dari Desa Cidora hingga Besuki. Staf Kaur Kesra Desa Cidora, Sodikun mengatakan saat ini pemerintah desa sedang bersiap-siap untuk mendistribusikan bantuan bencana berupa makanan, pakaian pantas pakai dan material banguan untuk korban banjir bandang. Ia berharap agar bantuan dari pemerintah daerah, PMI dan pihak yang peduli dapat benar-benar diterima masyarakat dan meringankan beban pasca bencana. “Kami berterimakasih kepada pemerintah daerah dan pihak yang peduli kepada kami dan memberikan bantuan. Kami berharap bantuan ini segera dapat didistribusikan dan diterima dengan baik di masyarakat untuk membantu proses pembenahan pasca bencana,” katanya. Pantauan suaramerdeka.com hingga hari ini, warga korban banjir bandang di Besuki dan Cidora telah mulai melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Warga yang sebagian besar merupakan petani banyak yang menjemur padi pasca panen. Adapula yang mengeringkan lagi perabotan rumah tangga yang masih basah usai disapu air banjir bandang. Talud longsor di depan SD 1 Karanggayam, Kecamatan Lumbir dan sejumlah titik longsor juga sudah mulai dibenahi warga.

Senin, 04 April 2016

Dambakan Jembatan Permanen


 Jembatan Rinjing Mulai Dikebut


BANYUMAS-Impian warga Grumbul Rinjing Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok untuk menikmati jembatan permanen, hampir terealisasi. Saat ini sudah dilakukan pemasangan besi utama jembatan yang dilaksanakan bersama warga warga grumbul tetangga, yaitu Kubangan Desa Sokawera, Selasa (29/3) pagi.
“Impian warga selama puluhan tahun untuk menikmati jembatan permanen akhirnya akan terealisasi. Satu jembatan utama dengan panjang sekitar 15 meter dan jembatan kecil sepanjang 6 meter hampir terealisasi,”jelas warga bernama Maslah, Selasa (29/3).
Dia mengatakan, peresmian direncanakan akan dilaksanakan awal April mendatang. Dengan pembangunan yang sudah 85 persen, warga akan lebih mudah dan nyaman melintasi sungai Mengaji lewat jembatan tersebut. Selama ini, warga menyeberang sungai dengan jembatan yang terbuat dari bambu.
Salah satu pegiat sosial, Yuni Listiyo mengatakan, warga sangat antusias mendukung pembangunan jembatan. Setiap pasaran pahing warga dua grumbul yaitu Grumbul Rinjing dan Kubangan saling membantu pengerjaan jembatan supaya cepat selesai.
Selama ini, Grumbul Rinjing harus dijangkau dengan menyeberang sungai Mengaji yang memiliki arus deras. Selama ini warga hanya memiliki jembatan yang terbuat dari bambu dengan kondisi rawan terbawa arus jika aliran sungai sedang banjir.

 Warga Dambakan Jembatan Permanen


 Sebagian warga Desa Dawuhan Kecamatan Banyumas masih menggunakan jembatan bambu sebagai akses jalan alternatif menuju Desa Binangun Kecamatan Banyumas. Lantaran jembatan licin usai diguyur hujan, warga mendambakan jembatan permanen. Salah seorang warga, Riswan (40) mengatakan, jembatan Kali Alas Kroya itu biasa digunakan warga sebagai akses menuju kebun. “Setelah hujan, jembatan itu licin, kalau bawa kayu pasti repot,” ujarnya. Kepala Desa Dawuhan, Titi Bariah mengatakan, jembatan bambu rawan kerusakan. Setiap kali rusak, pemerintah desa bersama warga memperbaiki jembatan tersebut secara swadaya. Menurut dia, jalan tersebut sering digunakan warga yang akan pergi ke Desa Binangun. Menurut dia, pemerintah desa tidak mampu membangun jembatan tersebut secara permanen. Karena itu, desa mengusulkan pembangunan jembatan itu dalam Musrenbang kecamatan beberapa waktu lalu. “Kami mengusulkan panjang jembatan sekitar 13 meter dan lebar sekitar tiga meter,”ujarnya. Dia menambahkan, lantaran akses jalan yang sulit, harga kayu menjadi lebih murah. Sebab pedagang mempertimbangkan biaya  operasional dalam proses mengangkut kayu. “Kalau aksesnya mudah mungkin bisa meningkatkan harga kayu,”imbuhnya.

 http://www.radarbanyumas.co.id/warga-dambakan-jembatan-permanen/

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...