Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Kamis, 11 Januari 2018

SSCI Banyumas Raya Mendukung Kepala Daerah Yang Berorientasi Masa Depan

SSCI Banyumas Raya netral dalam segala aktivitas politik, termasuk terkait Pilkada Banyumas 2018 , seperti kita ketahui bersama bahwa Pilkada Banyumas 2018 akan mempertemukan 2 pasangan Cabup-Cawabup Marjoko-Ifan Vs Husein -Sadewo .
Namun kami menghimbau agar dalam memilih mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mendukung Calon Kepala Daerah yang memiliki visi ke depan bukan sekedar menyelesaikan masalah sekarang 
2. Mendukung Calon Kepala Daerah yang mengakomodasi kemajuan teknologi dan kebutuhan generasi milenial ( termasuk terkait isu Gojek / transportasi berbasis aplikasi juga masuk sebagai bahan pertimbangan) 
3 Mengevaluasi beberapa proyek yang berpotensi merugikan daerah, dalam ini PLTB Baturaden karena Gunung Slamet merupakan sumber utama PAD Banyumas dalam kaitan dengan pengembangan pariwisata antara lain kawasan Baturaden, Cilongok, Sumbang dan lainnya, Sebagai daerah konservasi sangat rentan terhadap bencana yang mengancam daerah hilir termasuk peran sebagai penyangga perkotaan ( pensuplai air bersih dan oksigen). Dan Bisa menawarkan program alternatif sebagai pengganti PLTB Slamet , misalnya PLTS Bendung Gerak Serayu atau Gunung Tugel. atau alternatif lain yang lebih ramah lingkungan dan tidak mengancam Sumber Daya alam penghasil PAD terbesar Kabupaten Benyumas.
5. Mengevaluasi beberapa program pembangunan yang belum sesuai harapan, menyorot tersendatnya investasi selama beberapa tahun terakhir dan terlambatnya disahkan Perda RDTRK Perkotaan Purwokerto.
6. Mengembangkan potensi wisata seluas-luasnya bagi kawasan di luar Baturaden, dengan meningkatkan akses infrastruktur , peningkatan fasilitas publik , agar PAD semakin meningkat dari berbagai sektor .
Semoga Rakyat Banyumas yang memiliki hak pilih , tidak salah pilih dalam menentukan Kepala Daerah dalam Pilkada Banyumas 2018


Selasa, 09 Januari 2018

Kalender Wisata Banyumas Diluncurkan Pekan Ketiga

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar)Biro bakal meluncurkan agenda wisata tahun 2018 pada pekan ketiga bulan Januari. Kalender ini digunakan untuk mempermudah promosi wisata daerah. Kepala Dinporabudpar Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, sebelum diluncurkan, pihaknya akan mengundang jurnalis, pegiat media sosial, pelaku wisata dan budaya untuk meminta masukan. Terutama terkait kemasan acara dan metode promosi.
”Kami juga sudah menyiapkan materi promosi untuk media sosial. Tidak hanya kalender saja,” katanya, Senin (8/1). Pihaknya menargetkan, seluruh agenda wisata budaya dipublikasikan sebelum akhir Januari. Meski sebetulnya kalender tersebut sudah selesai disusun Desember 2017. Sedikitnya 21 kegiatan wisata dan budaya sudah disusun oleh Dinporabudpar.
Dua bulan lalu, agenda tersebut sudah dilaporkan kepada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Provinsi Jawa Tengah. ”Untuk agenda Banyumas harus akhir Januari ini. Kalau sudah lewat ya sudah basi,” katanya. Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Biro Perjalanan Wisata se eks Karesidenan Banyumas (Pebemas), M Kardiyo menagih peluncuran kalender wisata. Seharusnya, seluruh agenda di Banyumas sudah diumumkan sejak akhir tahun lalu. ”Ini kan menjadi panduan kami untuk membuat paket wisata.
Kami juga butuh persiapan untuk membuat paket wisatanya,” ujarnya. Menurut Kardiyo, agenda yang sudah disusun, ditawarkan kepada pelaku wisata lainnya. Mereka juga memiliki kepentingan untuk memberi masukan kepada Pemkab.

Banyumas Fokus ke Promosi Pariwisata

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata Banyumas akan berfokus pada untuk mempromosikan pariwisata daerahnya. Terutama untuk mengenalkan destinasi wisata yang belum dikenal luas. Kepala (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, untuk kebutuhan promosi tersebur, pihaknya sudah membuat video kaleidoskop, event dan objek wisata di daerah Banyumas.
Rencananya, video promosi ini akan disebarkan melalui jejaring dunia maya. ”Kami butuh bantuan pegiat media sosial, blogger, jurnalis. Nanti kita kumpulkan semua soalnya kami butuh masukan,” ujarnya, kepada Suara Merdeka, kemarin. Menurut Asis, penetrasi promosi harus lebih gencar tahun ini.
Pasalnya, setelah berhasil melampaui target kunjungan tahun ini, Dinporabudpar dituntut untuk meningkatkan jumlah wisatawan sepanjang tahun 2018. Adapun tahun 2017 lalu, Banyumas mencatatkan 1,2 juta pengunjung dengan pendapatan Rp 10 miliar. Jumlah tersebut berasal dari 9 objek wisata yang dikelola oleh Pemkab. ”Kita akan cetak brosur lebih banyak. Disebar setiap ada kesempatan undangan di luar daerah,” tambahnya.
sumber Suara Merdeka

Kamis, 04 Januari 2018

Kwarcab Banyumas Luncurkan Produk Air Mineral “Tunas”



Mengawali tahun 2018, Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten Banyumas, membuat terobosan baru. Mereka meluncurkan produk air mineral bermerek Tunas dengan gambar Tunas Kelapa yang merupakan lambang organisasi Gerakan Pramuka.
Ketua Kwarcab Banyumas Drs Achmad Supartono mengatakan pembuatan produk air mineral ini bekerja sama dengan PDAM TIRTA SATRIA Kabupaten Banyumas. Dan itu sebagai upaya Kwarcab menjadi salah satu upaya mewujudkan organisasi yang mandiri.
“Merk Tunas dan gambar Tunas Kelapa sengaja kami pilih karena itu sudah diketahui umum, sehingga apabila ada logo tunas kelapa iru adalah lambang Pramuka,” katanya.
Agar tidak ada orang lain yang meniru, pihaknya segera mendaftarkan Merk Dagang itu kepada pihak yang terkait.
“Air kemasan ini dibuat dalam beberapa varian, yaitu ukuran gelas 240 ml, kemasan botol ukuran 330 ml, 600 ml dan galon 19 liter dengan area pemasaran awal di wilayah Kabupaten Banyumas,” jelas Partono.
Bagi yang ingin mencoba bisa langsung berkomunikasi dengan Kwarcab Banyumas Jl Prof Suharso No 58 Purwokerto Telpon (0281) 638320.
Launching produk air mineral itu, langsung dilakukan oleh Bupati Banyumas Ir. Ahmad Husein selaku Ketua Mabicab Gerakan Pramuka Banyumas, Selasa (2/1) di Reservoir PDAM Pabuaran.
Bupati mengatakan, pembuatan produk air mineral ini dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi Kwarcab Banyumas, sehingga bisa mendukung kinerja organisasi. Gerakan Pramuka dinilai punya kemampuan untuk mengembangkan bisnis ini.
“Ini peluang atau usaha bisnis yang bagus bagi Kwarcab Banyumas. Karena di Pramuka juga dituntut adanya kemadirian, bisa menciptakan peluang usaha, sekecil apa pun usaha itu,” ujarnya.
Untuk itu agar usaha ini bisa berjalan lancar, diperlukan sumber daya manusia yang baik dan kerja keras. Bupati berharap, Pramuka Banyumas dapat mendukung usaha ini sebagai kegiatan usaha dan bagian dari aset Pramuka Banyumas.
“Semoga ini bisa memberikan inspirasi. Sebenarnya banyak di lingkungan kita yang bisa dijadikan peluang usaha, yang penting ada keseriusan,” jelasnya.

sumber Parsito Humas Pemkab Banyumas

Selasa, 02 Januari 2018

Inspiratif, Desa Ini Ubah Limbah Berbahaya Jadi Sumber Energi


Liputan6.com, Banyumas - Di awal 1990-an, Saehudin tercenung mendapati ratusan bangkai ikan nila dan mas mengambang di kolam. Bau bangkai meruap, bercampur dengan busuknya limbah tahu yang mengalir di parit di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dan bagi Saehudin, kematian ikan-ikannya itu bukan kali pertama terjadi. Saat debit air turun, dan parit dipenuhi limbah dari puluhan perajin tahu, ikan-ikan tak kuasa bertahan.
Namun, ia tak bisa berbuat banyak. Sebab, ia sendiri adalah salah satu perajin tahu yang juga membuang limbah di parit itu.
Tak hanya Saehudin. Petani lainnya, Darsono, mengalami penurunan hasil panen padi.
Limbah tahu yang mengalir ke lahan pertanian menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Sawah asam dan kelebihan nitrogen. Akibatnya, bulir padi "njepluk" alias hampa.

Sejak 1970-an, Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, dikenal sebagai salah satu penghasil tahu terbesar di Banyumas. Tahun demi tahun jumlah produksi meningkat. Hal ini berimbas pada tercemarnya air dan lingkungan mereka.
Semakin hari, jumlah perajin tahu bertambah banyak. Seperempat lebih keluarga di desa ini memang bertumpu pada produksi tahu. Limbah cair dan padat menjadi persoalan besar. Sungai-sungai nan jernih berubah menjadi keruh, lagi berbau busuk.
Tak pelak, bau busuk limbah tahu menyelinap hingga desa-desa tetangga. Sektor perikanan lumpuh. Begitu pula dengan pertanian yang hasilnya terus menurun.
1 dari 4 halaman

Pengolahan Limbah Tahu Secara Swadaya

Padahal, sebagian besar warga lain berprofesi sebagai petani dan pembudidaya ikan. Tentu, mereka terkena imbasnya. Ikan mati lantaran air sungai tercemar polutan cair tahu. Sawah tak terurus karena terlalu banyak kadar nitrogen larut dalam air. Hal ini menyebabkan sawah menjadi tak lagi subur.
Para pengrajin lantas tersadar, mereka harus berjuang untuk menyelesaikan masalah pencemaran ini. Pada 1992, warga secara swadaya membuat instalasi pengolahan limbah, semacam penampung kotoran atau septic tank untuk menampung limbah cair dan padat. Kemudian, limbah ini diubah menjadi biogas yang bisa digunakan untuk sumber energi pengganti minyak dan gas.
Tetapi, itu hanya sesaat. Septic tank yang dibuat ala kadarnya ini tak berusia panjang. Limbah kembali menjadi persoalan besar di desa ini. Mereka kembali bergulat dengan bebauan tak sedap, pencemaran air dan penurunan hasil panen ikan dan pertanian.
"Dibangunnya kan juga seadanya. Teknologi dan materialnya sederhana. Tidak bisa bertahan lama," tutur Kepala Desa Kalisari, Aziz Samsuri, beberapa waktu lalu.
Aziz pun mengakui, sudah sejak lama masyarakat ingin menanggulangi pencemaran lingkungan yang terjadi di Kalisari. Beruntung, pada tahun 2009 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menguji coba Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) dengan teknologi baru.


Biogas Limbah Tahu untuk Memasak Ratusan Keluarga

Limbah cair, diubah menjadi gas metana. Gas metana itu kemudian disalurkan ke 260-an keluarga dengan pipa-pipa bawah tanah. Dari gas metana ini, para ibu bisa memasak. Mereka memperoleh sumber energi terbarukan dan murah.
Keseriusan masyarakat Kalisari dalam pengolahan limbah juga terbukti ketika Kementerian Riset dan Teknologi kembali memilih Desa Kalisari menjadi lokasi pembangunan instalasi IPAL Biogas Limbah Tahu (Biolita) pada 2012 dan 2014. Lima IPAL dibangun di wilayah ini.
"Kemudian Biolita yang nomor lima, adalah biolita swadaya. Ini satu-satunya biolita di Indonesia yang dibangun secara swadaya," dia mengklaim.
Seorang ibu rumah tangga, Riyanti mengakui biogas bisa menghemat pengeluaran bahan bakar gas untuk rumah tangga. Dalam sebulan, tiap keluarga hanya dibebani Rp 15 ribu per bulan. Sungguh ringan.
Ia bercerita, dalam sebulan biasanya menghabiskan tiga atau empat tabung elpiji. Namun, semenjak instalasi gas metana berfungsi, ia jadi bisa mengirit. Sebulan, Riyanti hanya butuh satu tabung gas isi tiga kilogram.
"Biasanya kan beli setiap minggu sekali, sekarang baru habis satu bulan, atau sehabisnya, Mas. Jadi bisa irit," ujar Riyanti dengan wajah semringah.
Tak hanya ibu rumah tangga yang senang, ternyata pengolahan limbah ini juga membuat girang petani ikan yang tadinya kerap merugi. Ikan-ikan mereka tak lagi mati. Pertanian pun pulih seperti sediakala.


Keramba Nila di Parit dan Wisata Edukasi

Lantas, banyak warga yang kemudian memanfaatkan parit yang tadinya kotor dan berbau untuk memelihara ikan dengan sistem keramba. "Yang di situ, dekat SD, di sungai ditaruh karamba, dikasih ikan, tiga bulan bisa panen. Ikannya sekarang nggak (terganggu), malah jadi cepat besar," ucap Saehudin.
Tak hanya itu, dari hasil iuran atau retribusi biogas, dilakukan pengembangan usaha kelompok. Berdirilah empat sektor usaha berbasis kelompok pengelola IPAL. Perikanan, perternakan, pertanian dan wisata menjadi fokus pengembangan usaha.
Kendati sudah menampakkan hasil, Aziz mengakui masalah pencemaran belum usai. Masih ada sebagian kecil perajin tahu skala rumah tangga yang limbahnya belum dikelola. Namun, dia yakin, dalam waktu tidak terlalu lama, dua ipal ini akan terbangun.
"Yang jelas kami sedang berupaya, yang pertama untuk menyelesaikan tahap akhir persoalan limbah itu, kita butuh dua lagi, insyaallah selesai semuanya," Aziz menjelaskan.
Aziz bahkan sudah berani bermimpi, Desa Kalisari bakal menjadi desa wisata edukasi pengelolaan limbah. Wisata ini akan terintegrasi dengan kuliner tahu, pemancingan ikan, dan alam nan permai di desa lereng selatan Gunung Slamet ini.
sumber Liputan enam

Kamis, 28 Desember 2017

GULA KELAPA BANYUMAS TEMBUS PASAR DUNIA

 
.
Bertahun-tahun wilayah Purwokerto dikenal sebagai sentra industri gula merah (coconut sugar). Sayang, kehidupan para penderas kelapa tak kunjung beranjak sejahtera karena mereka kesulitan memasarkan produknya. Para tengkulak pun cenderung lebih berkuasa dalam menentukan harga.

Semua itu mengusik kesadaran Amir Sudjono. Dia yang lahir dan besar di Purwokerto, serta punya bekal pendidikan memadai merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kondisi para penderas di lingkungannya.

"Apalagi sejak lima tahun lalu juga muncul gerakan anti gula tebu di luar negeri sehingga menjadi momen yang pas untuk produk gula alternatif," kata Amir kepada detikFinance beberapa waktu lalu.

Dia adalah satu dari dua puluhan pengusaha yang mengikuti Misi Dagang Indonesia yang dipimpin Menteri Perdagangan Enggartisto Lukita ke Jepang 27-30 November lalu.

Pada 2013, Amir mendirikan PT Coco Sugar Indonesia (CSI). Tapi agar produknya berbeda dari produk sejenis sekaligus bisa diterima pasar dunia yang sangat peduli dengan masalah kesehatan, dia khusus memproduksi gula merah organik. Untuk itu, kepada sekitar 1.500 mitra usahanya dia mensyaratkan agar pohon kelapa yang ditanam harus dipupuk secara organik.

Begitu pun dengan pembuangan hama tanaman harus secara mekanik, dan proses pembuatannya mengikuti standar organik.

"Letak pohon juga tidak boleh di area yang rawan kontaminasi seperti sawah, jalan raya, dan sungai," papar Insinyur Mesin dan Aerospace dari Cornell University, 2005 itu.

Untuk menguji keseriusan usahanya itu dia sengaja mengundang sejumlah lembaga sertifikasi dunia untuk menelitinya. Hasilnya, sembilan sertifikat diraih PT CSI yakni dari Organik JAS (Jepang), Amerika Serikat, Uni Eropa, GMO, Kosher, Paleo, Vegan, FDA Amerika, serta halal MUI.

"Kami perusahaan pertama di dunia di bidang coconut sugar yang mendapatkan sertifikasi FSCC 22000 untuk keamanan pangan. Ini sertifikat tertinggi di dunia," ujar Amir yang juga alumnus Fudan University Shanghai itu menegaskan.

Semua itu ditempuh demi mewujudkan ambisinya agar gula merah Banyumas bisa juga menembus negara-negara penghasil gula tebu terbesar di dunia. Untuk diketahui, saat ini 4 dari 5 negara penghasil gula tebu terbesar di dunia, yakni Brasil, China, India, dan Thailand sudah berhasil ditembusnya.

"Keberhasilan mengeskpor produk asli Banyumas ke negara-negara tersebut adalah suatu kebanggaan tersendiri, karena ketatnya proteksi impor dari negara-negara tersebut," kata Amir.

Untuk menjaga kualitas produksinya, dia membentuk tim ICS (Internal Control System). Mereka setiap hari terjun ke lapangan untuk memeriksa dan memberikan pembinaan, serta pendampingan kepada semua anggota. Semua penderas diberikan pelatihan tentang cara pertanian organik yang baik dan benar. Misalnya cara memupuk dengan konsep organik, hingga bagaimana meningkatkan kualitas dan produktivitas.

"Kami juga membangun dapur komunal di desa-desa untuk mempertahankan kualitas produk yang standar," ujar Amir.

Dari sisi pemasaran, dia melanjutkan, edukasi pasar juga merupakan hal yang sangat penting. Sebab masih banyak orang yang tidak tahu manfaat gula kelapa.

"Ini merupakan tantangan dan peluang."

Wujud lain dari upayanya meningkatkan kesejahteraan para penderas kelapa, dia mengklaim membeli harga 30 persen lebih tinggi dari pasaran. Komitmen lainnya adalah pemberian tunjangan jika ada penderas yang mengalami kecelakaan kerja, dan memberikan asuransi khusus di luar BPJS.

"Di desa-desa binaan yang sulit air di musim kemarau, kami siapkan truk-truk air bersih," ujar Amir.

Selain itu, PT CSI juga berperan aktif dalam penyelenggaraan TK, SD, dan SMK Mulia Bakti hang berbahasa pengantar Indonesia, Inggris, dan Mandarin dengan biaya murah agar terjangkau masyarakat luas. Tiga bahasa itu, kata Amir, menjadi kunci bagi anak-anak Banyumas untuk bisa bersaing secara global.


sumber Finance Detik

Jumat, 27 Oktober 2017

Film Satria Perkenalkan Budaya dan Pariwisata Banyumas




 Rumah produksi Ralia Pictures dan Gula Kelapa Pictures akan menghadirkan film nasionalisme bernuansa budaya Banyumas berjudul Satria. Film yang dijadwalkan tayang pada Februari 2018 tersebut turut melibatkan Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Pramuka Kwarcab Banyumas.

"Banyumas memiliki kekuatan budaya dan kuliner yang tidak dimiliki daerah lain. Belum lagi banyak tokoh nasional lahir dari Banyumas, seperti Jenderal Gatot Soebroto dan Profesor Soemitro Djojohadikoesoemo," ujar Syamsul Masdjo Arifin, produser Ralia Pictures.

Sutradara Jito Banyu mengatakan, film akan mengeksplorasi seluruh aspek Kabupaten Banyumas, mulai dari pariwisata, budaya, dan kuliner. Ia menjelaskan, film berkisah tentang putra daerah asal Banyumas bernama Satria.

Kedua orang tua Satria telah meninggal dunia sehingga ia diasuh sang nenek, veteran perang zaman kemerdekaan yang sangat menyayanginya. Di tengah keterbatasan dan kesederhanaan, Satria gigih berjuang hingga berhasil mencapai kesuksesan.

Jito menjelaskan, tokoh Satria memiliki semangat nasionalisme tinggi dan sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aktor yang didapuk menghidupkan karakter Satria adalah Yama Carlos, beradu akting dengan Rianti Cartwright, Elvira Devinamira, Melayu Nicole, Pangky Suwito, Pong Harjatmo, dan Jajang C Noer.

Sebagian besar pemeran diharuskan bicara dalam dialek Banyumasan yang dikenal dengan bahasa ngapak. Jito mengatakan, setengah dialog akan menggunakan bahasa Indonesia sementara sebagian lain menggunakan bahasa daerah agar film dapat diterima meluas oleh penonton global.

"Sasaran film tentunya penonton dari semua umur. Semoga film Satria bisa menjadi tontonan dan tuntunan yang baik untuk masyarakat Indonesia," kata sineas yang juga menyutradarai film Untuk Angeline dan Psikopat itu.

Jajang C Noer Jadi Nenek Difabel di Film Satria



Aktris Jajang C Noer akan membintangi film nasionalisme berjudul Satria yang berlatar budaya Banyumas. Sinema yang akan segera diproduksi pada November 2017 itu dijadwalkan tayang pada Februari 2018.

"Saya berperan sebagai Ninik Wakem, nenek tokoh utama Satria. Belum mau bicara banyak, tapi saya beri petunjuk bahwa sang nenek ini difabel," kata seniman 65 tahun kelahiran Paris, Prancis, itu.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Jajang mengatakan sang nenek mendidik dan mengasuh cucunya dengan penuh kasih sayang. Sang nenek pula yang selalu menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme pada diri Satria.

Istri dari mendiang sutradara Arifin C Noer itu mengaku tidak pikir panjang menerima tawaran bermain di Satria. Judul film dianggapnya sangat merepresentasikan sifat kesatria, yang dikaitkan dengan sederet sikap luhur seperti tanggung jawab, setia, dan konsisten. 

Jajang menilai sinema arahan sutradara Jito Banyu tersebut sangat Pancasilais, mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan cinta NKRI. Menurutnya, penanaman cinta NKRI pada generasi muda melalui film akan efektif untuk menumbuhkan rasa toleransi.  

"Pluralisme penting sekali karena sekarang suasana bangsa kita agak kacau, masyarakat dipecah belah oleh masuknya teori-teori tak masuk akal," ucap putri tunggal tokoh nasional pergerakan kemerdekaan Indonesia Nazir Datuk Pamoentjak itu.

Selain Jajang, film dibintangi Yama Carlos, Rianti Cartwright, Elvira Devinamira, Melayu Nicole, Pangky Suwito, dan Pong Harjatmo. Satriaadalah besutan rumah produksi Ralia Pictures dan Gula Kelapa Pictures, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas dan Pramuka Kwarcab Banyumas.
sumber REPUBLIKA.CO.ID,

Kamis, 26 Oktober 2017

Melanggar di Jalan, Ditilang di Rumah – Tilang E-CCTV Purwokerto



 Pekan Ini Satlantas Koordinasi Dengan Dinhub PURWOKERTO-Satuan Lalu Lintas Polres Banyumas bersiap menyambut penilangan dengan menggunakan rekaman E-CCTV. Bahkan, dengan adanya penilangan E-CCTV, nantinya penempatan petugas di persimpangan tidak diperlukan. Sebab, semua pelanggaran dapat terekam dengan baik oleh kamera CCTV. “Saya rasa dengan adanya E-CCTV tidak harus ada petugas, semua sudah terekam CCTV ketika ada kendaraan yang melanggar, baik nopol kendaraan maupun wajah pengendara,” jelas Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun SIK melalui Kasat Lantas AKP AR Dwi Nugroho. Berbekal rekaman itu, petugas akan mendatangi pemilik kendaraan sesuai alamat di STNK. 

Jika pengendara sesuai dengan foto di E-CCTV akan ditindak langsung. “Jika tidak sesuai dengan rekaman E-CCTV, akan dikembangkan lagi siapa yang mengendarai kendaraan tersebut. Kami arahnya seperti itu,” tambah AKP AR Dwi Nugroho. Namun demikian, Satlantas baru akan berkordinasi lagi dengan Dinhub pada pekan ini. Hal ini untuk membicarakan terkait teknis pelaksanaan tilang E-CCTV. “Dari Dinhub belum menyampaikan, secepatnya akan ketemu. Jumat (besok,red) kami ada agenda dengan Dinhub, mungkin akan membahas itu (tilang E-CCTV) sekaligus,” ujar dia. 

Ditempat lain, Dinhub juga mengaku siap untuk melakukan pantauan melalui kamera CCTV di Area Traffic Control System (ATCS). Kamera ini siap dioperasikan dalam waktu dekat. Kepala Seksi Rekayasa dan Prasarana LLAJ dinhub Banyumas, R Hermawan mengatakan, kendaraan dapat terlihat jelas di CCTV jika ada kendaraan yang melanggar. Terutama roda empat. Contohnya jika kendaraan itu melewati batas RHK roda dua secara sengaja. “Misalnya, pas sudah lampu hijau tiba-tiba kuning, dari pada melanggar jadi berhenti. Tapi berhentinya di RHK roda dua, kami akan segera menegur agar mundur. Tapi kalau berhenti sengaja di RHK roda dua secara sengaja karena memanfaatkan pas kosong, jelas itu bentuk pelanggaran,” jelas Hermawan. 

Dinhub Kabupaten Banyumas sendiri tinggal menunggu kesiapan dari Satlantas Banyumas. Dari keseluruhan perangkat yang menunjang e-tilang, dirasa sudah cukup. “Tinggal tunggu kepastian dari Kepala Satlantas Banyumas, dan kami akan berkenalan dulu dengan kepala Satlantas yang baru karena kordinasi yang lalu, masih dengan kepala Satlantas yang lama,” katanya. Selain itu, bentuk persiapan lainnya, Dinhub Kabupaten Banyumas sudah melakukan study banding ke Bandung. Tidak jauh berbeda dengan rencana di Banyumas, pelaksanaannya juga melalui dua sistem. Pertama dilakukan dengan peringatan di beberapa simpang yang sudah dilengkapi CCTV. Dan selanjutnya dengan sistem tilang. “Kalau ada petugas di lapangan bisa langsung ditilang, tapi kalau tidak ada petugas di lapangan rekaman pelanggaran akan kami kirim ke kepolisian, untuk ditindak lanjuti dengan diberi sanksi,” ujar Hermawan. Penerapan e-tilang ini nantinya siap di dua belas lokasi yang sudah terpasang kamera CCTV, di wilayah Purwokerto kota. 

Sumber: Radarbanyumas.co.id

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...