Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 04 Januari 2016


Wisata Mina Situ Elok untuk Wisata dan Irigasi

Wisata Mina Situ Elok Terus Dikembangkan

23 November 2016 Suara Banyumas

Pemerintah Desa Pernasidi Kecamatan Cilongok terus mengembangkan potensi wisata waduk Situ Elok yang berada di dekat Jalan Raya Ajibarang-Purwokerto. Saat ini pengembangan wisata air tersebut telah banyak menyasar para pemancing dari berbagai daerah.
Sejak ditebar ikan sebanyak 180 kilogram oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein, pertengahan Oktober lalu, hingga sekarang Situ Elok ramai dikunjungi ratusan pemancing tiap hari. Apalagi saat ini ada program mancing seminggu penuh dengan hanya cukup membayar Rp 10 ribu. Setiap minggu, pengelola Situ menebar kembali ikan sebanyak 100 kilogram untuk dipancing.
OperasionalKepala Desa Pernasidi Sunarso mengatakan berbagai cara dilaksanakan oleh pemerintah desa bersama pengelola Situ Elok untuk meramaikan wisata air tersebut. Pemerintah desa juga terus menggandeng kerja sama dengan Pemkab Banyumas serta dinas terkait dalam mengoptimalkan keberadaan Situ Elok. Saat ini kata Sunarso, pengelolaan Situ Elok dilaksanakan oleh masyarakat tepatnya oleh Karang Taruna desa setempat.
Konsep Situ Elok sebagai tempat wisata mina atau pemancingan saat ini terus dikembangkan dan disebarluaskan ke berbagai wilayah. ‘’Ke depan dari retribusi pemancing dan hasil ikannya bisa masuk ke desa dan pengelola untuk selanjutnya bisa untuk operasional dan pengadaan benih.
Kemudian ada bebek genjot yang bisa menjadi wahana wisata masyarakat dalam mengelilingi setiap sudut Situ Elok,î katanya. Pedagang makanan di areal Situ Elok, Sumardi mengatakan ramainya pemancing yang datang setiap hari ke Situ Elok juga membuka peluang bagi masyarakat untuk berdagang.
Ia mengaku sejak pertengahan Oktober hingga ini, warung makanan sederhana yang dibuka di tepi Situ Elok tak sepi pengunjung. ”Ini menjadi berkah tersendiri bagi kami warga. Kami berharap ke depan Situ Elok ini terus dikembangkan sehinga peluang ekonomi bagi masyarakat sekitarnya semakin terbuka,” katanya.

Situ Elok Dimaksimalkan untuk Wisata dan Irigasi

6 February 2016 | Radar Banyumas
Setelah dilakukan normalisasi, Situ Elok Pernasidi Kecamatan Cilongok sudah mulai dipersiapkan sebagai tempat wisata dan memaksimalkan irigasi dari air Situ tersebut.
Saat ini, tiga titik senter lokasi Situ Elok sudah dipasang setelah pihak PSDA Provinsi Jateng mengukurnya beberapa waktu lalu.
Salah satu perangkat Desa Prnasidi, Kamsi menjelaskan, Situ Elok menjadi salah satu dari empat lokasi embung di wilayah Banyumas yang masuk proyek untuk wisata dan irigasi.
Usai normalisasi yang selesai awal bulan Januari lalu, Situ Elok diukur untuk mencari titik senter.
“Normalisasi dilakukan 90 hari kerja dengan pengerjaan seperti mengeruk bagian pinggir dan perbaikan tepian. Setelah itu, diukur untuk mencari titik senter untuk persiapan tahapan dalam proyek wisata dan irigasi,”jelas Kamsi, Jumat (5/2).
Terkait normalisasi dan pengukuran, beberapa pohon yang berada di tepi Situ ditebang. Namun penanaman pohon akan segera dilaksanakan supaya kondisi Situ Elok kembali teduh dan menunggu desain gambar selesai.
“Direncanakan Situ Elok akan seperti Embung Sintren di Jogja, sehingga pohon yang akan ditanam menunggu desain gambar rencana Situ Elok selesai supaya nantinya sesuai dengan lokasi dan tidak kembali ditebang,”ungkapnya.
Kepala Desa Pernasidi, Sunarso mengatakan, terjadinya pendangkalan Situ Elok disebabkan karena lumpur yang terbawa arus dari irigasi. Sejak pembangunan tahap satu yaitu tahun 2008 dan tahap dua pada tahun 2010, kedalaman Situ Elok menurun
Usai normalisasi yang selesai awal bulan Januari lalu, Situ Elok diukur untuk mencari titik senter.“Normalisasi dilakukan 90 hari kerja dengan pengerjaan seperti mengeruk bagian pinggir dan perbaikan tepian. Setelah itu, diukur untuk mencari titik senter untuk persiapan tahapan dalam proyek wisata dan irigasi,”jelas Kamsi, Jumat (5/2).Terkait normalisasi dan pengukuran, beberapa pohon yang berada di tepi Situ ditebang. Namun penanaman pohon akan segera dilaksanakan supaya kondisi Situ Elok kembali teduh dan menunggu desain gambar selesai.“Direncanakan Situ Elok akan seperti Embung Sintren di Jogja, sehingga pohon yang akan ditanam menunggu desain gambar rencana Situ Elok selesai supaya nantinya sesuai dengan lokasi dan tidak kembali ditebang,”ungkapnya.Kepala Desa Pernasidi, Sunarso mengatakan, terjadinya pendangkalan Situ Elok disebabkan karena lumpur yang terbawa arus dari irigasi. Sejak pembangunan tahap satu yaitu tahun 2008 dan tahap dua pada tahun 2010, kedalaman Situ Elok menurun


4 January 2016 |  Radar Banyumas

BANYUMAS-Sejak dibangun pada tahun 2008 lalu, Situ Elok Pernasidi Kecamatan Cilongok, mengalami pendangkalan. Dari kedalaman awal 5 meter, saat ini hanya 3 meter. Dengan kondisi tersebut membuat volume air juga mengalami penurunan debit dan berdampak pada pengairan pesawahan.
Kepala Desa Pernasidi, Sunarso mengatakan, terjadinya pendangkalan Situ Elok disebabkan karena lumpur atau tanah yang terbawa arus dari saluran irigasi.
Sejak pembangunan tahap 1 yaitu tahun 2008 dan tahap II pada tahun 2010 menyebabkan kedalaman Situ Elok menurun. “Ada pendangkalan di Situ Elok yang membuat kedalamannya berkurang. Penyebabnya sedimentasi dari aliran irigasi di sebelah utara Situ Elok. Sehingga, untuk suplai air ke pesawahan yang dialiri menjadi berkurang,”jelas Sunarso, Minggu (3/1).
Namun menurutnya, saat ini dengan bantuan dana aspirasi sebesar Rp 96 juta, Situ Elok sudah mulai dinormalisasi. Dengan masa kerja sampai 3 bulan atau 90 hari kerja, wajah Situ Elok akan dipercantik dan kedalaman menjadi normal kembali yaitu mencapai 5 meter. Sejak seminggu yang lalu, dua alat berat sudah mulai melakukan pekerjaan.
“Untuk pengerjaan ini, arus irigasi dialihkan dan air Situ disedot supaya mempermudah pelaksanaan. Maksimal 90 hari kerja diharapkan volume air bisa maksimal saat musim hujan ini untuk mengairi sawah disekitar Situ Elok,”ungkapnya.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Kamsi mengatakan, normalisasi Situ Elok diharapkan akan mengembalikan luas dan kedalaman. Pasalnya saat ini selain pendangkalan, luasnya juga berkuranga karena tepian Situ ditanami pohon oleh warga.
“Luasnya mencapai 1,2 hektar. Namun karena saat air surat pada musim kemarau, akhirnya warga menanami tepian untuk ditanami pohon seperti pisang dan ketela. Hal itu membuat luasnya menyempit. Diharapkan dengan normalisasi tersebut, Situ Elok sebagai potensi Desa Pernasidi akan menjadi Ekowisata dengan pemanfaatkan yang maksimal juga,”jelasnya


Musim Libur, Pengunjung Watu Meja Membludak


2 January 2016 Radar Banyumas,

KEBASEN – Pengunjung bukit Watu Meja yang berada di Desa Tumiyang Kecamatan Kebasen membludak. Dalam sehari, dikunjungi ribuan pengunjung.
Wakil Paguyuban Bukit Watu Meja, Datam mengatakan, pada hari-hari biasa dalam sehari hanya sekitar 500 pengunjung. Sedangkan pada Sabtu atau Minggu ada ribuan wisatawan. Namun, jumlah pengunjung dinilai berkurang dari musim kemarau kemarin.
“Musim hujan pengunjungnya sedikit berkurang. Ada yang sudah sampai di sini namun kembali lagi karena hujan,” katanya.
Menurut dia, akses jalan menuju Watu Meja memang masih minim penerangan. Padahal banyak pengunjung yang datang untuk melihat matahari tenggelam. “Kalau sudah maghrib, ada anggota paguyuban yang menyusul kesana. Kami khawatir mereka tersesat karena gelap,” ujarnya.
Dia berharap, kedepan akan ada alternatif wisata yang lain. Seperti kontes sepeda ataupun kontes burung, karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Meski pengelolaannya masih terbilang sederhana, Watu Meja banyak dikunjungi wisatawan luar kota, seperti Purbalingga, Cilacap. Bahkan ada yang dari Surabaya. “Di sini pengelolaannya masih sederhana, wisatawan yang datang mengisi kotak dengan uang seikhlasnya. Uang itu yang kami gunakan untuk mengelola tempat ini,” imbuhnya. 



 Makin Dikenal, Watu Meja Minim Penerangan

18 January 2016 | Radar Banyumas
 BANYUMAS-Bukit Watu Meja yang terletak di Desa Tumiyang Kecamatan Kebasen, kian tersohor seiring tren wisata alam yang berkembang di kalangan masyarakat.
Sayangnya, akses jalan menuju lokasi tersebut masih minim pemerangan. Sebab masih dikelola secara tradisional. Meski penerangan masih terbatas, pengunjung tetap ramai memadati lokawisata tersebut untuk menikmati panorama alam dari atas bukit.
Sungai Serayu nampak jelas dari puncak bukit itu. Wakil Paguyuban Bukit Watu Meja, Datam mengatakan, dalam sehari datang ratusan pengunjung.
Bahkan ketika hari Sabtu atau Minggu, bisa ada ribuan wisatawan memadati tempat tersebut secara bergantian. “Di sini memang masih minim penerangan. Tapi tetap saja banyak pengunjung yang pulang dari bukit malam hari. Ada juga yang datang ke bukit menjelang pagi hari. Sunset dan sunrise jadi favorit mereka,” jelasnya.
Menurut dia, ketika para wisatawan belum turun setelah adzan maghrib, pemuda desa akan menyusul. Sebab dikhawatirkan akan masuk jalur yang salah. “Gelap, kami takut salah jalur,”ungkapnya.
Dia berharap, suatu saat bisa menaikkan kabel ke atas sebagai penerangan jalan menuju ke watu meja. Namun menurut dia, ketika akan menaikkan kabel ke atas perlu perencanaan yang matang.
Sebab, akses menuju lokasi itu melewati tanah milik warga. Biaya juga harus dipertimbangkan. Apalagi tak ada patokan harga tiket menuju lokasi.
“Tak ada tiket masuk, seikhlasnya saja. Kedepan kami ingin ada penerangan, Meski tidak sampai paling atas,” imbuhnya.

Duku Jadi Produk Holtikultura Unggulan Karanglewas


Buah duku diwacanakan menjadi produk unggulan holtikultura Kecamatan Karanglewas. Pasalnya tanaman buah ini telah ada tersebar merata di 13 desa yang ada di Kecamatan Karanglewas.
Camat Karanglewas, Mahmudi mengatakan potensi buah duku ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun karena kurangnya promosi dan pengenalan, komoditas duku Karanglewas ini kurang begitu dikenal. Makanya di tengah gencarnya tuntutan ekonomi yang semakin meningkat, maka pengangkatan potensi ekonomi produk lokal harus dilaksanakan. “Apalagi saat ini masyarakat Indonesia juga menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia di mana berbagai produk luar negeri termasuk buah-buahan akan bisa dengan bebas masuk ke Indonesia. Makanya kami berharap potensi yang ada di Karanglewas ini dapat benar-benar dipromosikan dan bisa dipasarkan secara luas,” katanya, Jumat (1/1).
Mahmudi mengatakan macam produk unggulan desa di Karanglewas terbagi dari tiga kategori yaitu produk holtikultura, peternakan dan perikanan serta produk mineral logam. Pengembangan dan pemasaran berbagai produk unggulan desa ini kini telah merambah ke pasar nasional. Sebagian besar produk unggulan ini telah menjadi bagian dari akses perekonomian warga Karanglewas. “Sementara itu untuk produk makanan lain Karanglewas juga menyumbang produk gula aren, gula semut, makanan olahan ikan, telur, pepaya, sirup jahe, lele dumbo dan sidat,” katanya.
Warga Karanggude, Karanglewas, Triyanto mengapresiasi langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah kecamatan Karanglewas dalam mendorong pemasaran produk unggulan desa. Ia juga berharap agar pelatihan keterampilan kepada warga dan pengangguran di Karanglewas sehingga tercipta peluang penghasilan baru bagi warga. “Kami juga berharap agar program pengentasan kemiskinan sebagaimana telah dilakukan kepada 63 warga dengan dana APBD Rp 50 juta dapat dilaksanakan kembali pada tahun mendatang. Sehingga peluang ekonomi ataupun usaha mandiri warga bisa tumbuh,” katanya

antara Purwojati Margasana

pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari Purwojati ke Jatilawang . Saya beristirahat sejenak di dekat persimpangan ke SMP 2 Jatilawang. Jalan ini dari pertigaan Desa Margasana ke utara. Terlihat pemandangan pegunungan dan hamparan sawah yang luas. Inilah pedesaan di daerah pedalaman yang asri .






















Kalikangkung desa Tinggarjaya

saya dibesarkan dusun Kalikangkung desa Tinggarjaya kecamatan Jatilawang kabupaten Banyumas. Kalikangkung adalah salah satu kampung yang dilewati kali Tajum. kali Tajum mengelilingi wilayah bagian barat dan utara. oleh karena itu dikenal istilah kali kulon dan kali lor. untuk kali kulon sudah banyak berubah. badan sungai bergeser ke barat dan sungai lama menjadi ladang pertanian atau gaga. sedangkan kali lor masih banyak seperti masa dulu. dulu sebelum.sekolah saya mandi di kali ini.terkadang ke kali lor dan kadang ke kali kulon. btw inilah potret kali lor sekitar tahun 2012. dari sisi ini melihat ke arah timur tampak jembatan pemancangan. Inilah suasana kali Tajum.saat musim kemarau.












Map Google


Area Traffic Control System (ATCS), RHK, Yellow Box di persimpangan Purwokerto



Sebenarnya sudah cukup lama berita tentang rencana penerapan ATCS di perkotaan Purwokerto . pada tahun 2014 dilakukan lelang untuk proyek ATCS. dan mulai penerapan di lapangan tahun 2015. meski sempat terkendala listrik dan juga adaptasi warga terhadap aturan ATCS akhirnya saat ini sudah mulai tertib. Khususnya bagi masyarakat domestik . untuk kendaraan luar kota masih perlu sosialisasi. 


Lampu Lalin Dilengkapi Kamera


Sejumlah lampu lalu lintas persimpangan di Kota Purwokerto rencananya akan dilengkapi kamera. Hal itu untuk menunjang sistem komputerisasi yang dipasang untuk meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas di persimpangan. Pada Oktober mendatang, rencananya akan ada tiga persimpangan yang dilengkapi sistem tersebut, yaitu perempatan Hotel Aston, perempatan Kebondalem, dan perempatan Srimaya. Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Kabupaten Banyumas Agus Sriyono mengatakan, saat ini rambu pengatur lalu lintas tersebut sedang dalam proses pembangunan. Seperti jaringan kabel pengendali serta tiang lampu lalu lintas. “Oktober mendatang mungkin lampu lalu lintas tersebut sudah bisa dioperasikan,” katanya. Dia menambahkan, lampu pengatur lalu lintas dengan sistem komputerisasi atau biasa disebut area traffic control system (ATCS), merupakan program dari Dishub Provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya sistem baru itu, lanjutnya, nantinya lampu lalu lintas akan diatur sesuai dengan kondisi lalu lintas yang terjadi di lapangan. “Kita akan pantau dari kamera yang terpasang di lampu lalu lintas. Bila di salah satu ruas simpang dinilai padat, maka petugas dapat mengatur nyala lampu hijau di ruas tersebut lebih lama dibanding durasi lampu hijau normal. Intinya untuk mengatur agar antrean kendaraan tidak terlalu padat,” jelasnya. Lebih lanjut, kontrol ATCS direncanakan menggunakan kabel fiber optik (FO), yang merupakan satu paket dengan pemasangan alat ATCS lain. “Kabel Fo tersebut nantinya digunakan sebagai penghantar sinyal, sehingga lebih efektif,” jelasnya. Pada perubahan anggaran tahun ini Agus mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan pemasangan ATCS di ruas Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto kepada pemerintah pusat. “Bila usulan diterima, kemungkinan Desember mendatang ATCS di Jalan Jenderal Soedirman sudah mulai dipasang,” jelasnya. ATCS yang merupakan sistem pengatur lampu lalu lintas terkomputerisasi, diproyeksikan juga dapat mengawasi parkir kendaraan di jalan. Kepala Dinhubkominfo Kabupaten Banyumas Santosa Edy Prabowo mengatakan, sistem ATCS nantinya dapat mengatur lampu lalu lintas karena terdapat kamera yang terpasang bisa berfungsi sebagai CCTV yang juga bisa memantau kondisi lalu lintas. “Kamera itu juga bisa mengawasi kendaraan yang parkir tidak pada tempatnya di jalanan. Dan agar pengawasan parkir lebih optimal, kedepan kita juga berencana memasang sejumlah kamera CCTV di jalan,” jelasnya.
 ( 29 August 2015, Radar Purwokerto)
.

Mengefisienkan pengaturan lalu lintas (lalin), sejumlah lampu pengatur (bangjo) di Purwokerto dalam waktu dekat dilengkapi dengan sistem area traffic control system (ATCS) Menurut Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Banyumas, Agus Sriyono, pemasangan sistem tersebut akan dimulai tahun ini. Ia mengatakan, dengan sistem itu maka pengaturan lampu lalu lintas yang sebelumnya diatur secara manual berubah menjadi elektronik. Dengan demikian sistem tersebut dapat mengatur durasi lampu secara cepat, dengan melihat kondisi lalu lintas di sekitar persimpangan tempat lampu berada. ”Lampu yang akan dilengkapi ATCS sementara di Perempatan DKT, perempatan Polsek Purwokerto Timur dan Perempatan Srimaya. Pemasangan dianggarkan melalui anggaran APBD Jateng, namun anggarannya berapa saya kurang tahu persis,” kata dia. Sistem ATCS dapat mengatur lampu dengan mengetahui kondisi lalin karena dilengkapi kamera yang dapat berputar 180 derajat. Data yang diperoleh melalui kamera tersebut akan diolah di pusat pengendali yang ada di Kantor Dinhubkominfo Banyumas. ”Setelah dilengkapi ATCS, durasi lampu merah di setiap persimpangan bisa berbeda-beda. Bergantung dengan kondisi lalin saat itu,” ujarnya. Menyimpan Konflik ATCS di Purwokerto menjadi salah satu proyek percontohan dalam mekanisme manajemen lalu lintas, sebab sebagai kota yang berkembang dinamis, kondisi lalu lintas menyimpan potensi konflik. Karena itu, sedari sekarang perlu diterapkan mekanisme manajemen lalin yang tepat. Kasi Telematika dan Postel Dinhubkominfo Banyumas, Jakarta Tisam, mengatakan untuk membuat jaringan ATCS membutuhkan instalasi berupa Fiber Optik (FO), sehingga tidak dibutuhkan lagi jaringan internet. ”Program tahun lalu FO sudah terpasang di lingkungan Pemkab dan Setda. Nantinya seluruh instansi bisa disaluri FO, selain bisa digunakan sebagai pengendali ATCS juga bisa digunakan untuk intranet antarkomputer di seluruh SKPD terhubung realtime untuk mempermudah komunikasi,” katanya Elektronik 
( 20 Januari 2015, SmCetak)


 Setelah RHK, Kini Ada Yellow Box 

 Jalan Gelombang Hambat RHK


 Meski Area Traffic Control System (ATCS) dan ruang henti khusus (RHK) belum efektif, Dishubkominfo ternyata tidak kapok “menghias” persimpangan yang ada di Purwokerto. Kini, beberapa persimpangan dilengkapi marka Yellow Box Junction (YBJ). YBJ sudah terpasang di beberapa simpang jalan, seperti persimpangan Karanglewas, persimpangan Kalibogor, hingga persimbangan Sangkalputung Sokaraja. Rencananya, YBJ akan melengkapi sejumlah persimpangan yang ada di Jalan Gerilya. Namun, sampai saat ini banyak warga yang belum mengetahui fungsi YBJ. Salah satu warga Ratminah mengaku tidak mengetahui aturan dan sanksi YBJ. Bahkan dia mengira hanya kerjaan orang iseng. “Oh ini ada fungsinya toh,” katanya. Warga lain, Susanto mengaku pernah melihat marka YBJ di internet. Menurutnya, YBJ saat ini sudah ada di kota-kota besar seperti di Cirebon dan Jakarta. “Namun saya belum paham aturannya. Yang saya tahu, kalau berhenti di dalam box kuning bisa ditilang,” jelasnya. Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Banyumas Agus Sriyono mengatakan, marka YBJ saat ini sedang dibuat di beberapa persimpangan yang ada di wilayah Karanglewas, Kalibogor, sekitar Jalan Gerilya sampai Sokaraja. Dijelaskan, YBJ berfungsi sebagai kawasan kosong tanpa kendaraan atau benda penghalang lainnya. “Bisa dikatakan YBJ merupakan kawasan steril dari kendaraan,” katanya. Tujuan penambahan YBJ, lanjut Agus, untuk mencegah kemacetan di wilayah persimpangan. Menurutnya, saat ini beberapa kendaraan dari jalur lain kerap tidak sabar, dan menerobos masuk ke area persimpangan. Padahal area persimpangan belum sepenuhnya lancar. “Misalnya ada kepadatan di wilayah YBJ, maka kendaraan dari jalur lain tidak boleh memaksa masuk, walaupun lampu lalu lintas sudah menyala hijau. Harus tunggu sampai kepadatan di area YBJ terurai dulu,” katanya. Untuk saat ini, pemasangan YBJ akan dilakukan di sejumlah simpang yang telah dilengkapi ATCS. Namun beberapa YBJ juga dipasang di lokasi yang belum dilengkapi ATCS, terutama di ruas jalan nasional di luar kota Purwokerto, seperti simpang Kalibagor hingga Buntu. “Tahun 2016 kita upayakan melengkapi persimpangan di dalam kota Purwokerto dengan YBJ,” katanya. Ditambahkan, dalam waktu dekat, Dishubkominfo juga akan melakukan ujicoba terhadap pemberlakuan aturan marka YBJ. Tahap uji coba sekaligus sebagai upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi marka.


Jalan Gelombang Hambat RHK



Meski belum optimal, Pemkab Banyumas rencananya akan menambah ruang henti khusus (RHK) roda dua di seluruh persimpangan yang ada di wilayah Purwokerto. Selain untuk mengoptimalkan arus lalu lintas yang semakin padat, penambahan RHK juga untuk menunjang area traffic control system (ATCS) yang dikendalikan dari ruang kontrol.
Namun sampai saat ini, penambahan RHK masih belum dapat dilakukan karena masih banyak kondisi jalan bergelombang atau rusak di beberapa persimpangan.
Terkait hal itu, Kabid LLAJ Dinas Perhubungan Komunikasi dan Infrmatika (Dishubkominfo) Kabupaten Banyumas Agus Sriyono mengatakan, akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Pasalnya, jika RHK tetap dipaksa ditambahkan maka nantinya akan sia-sia, terutama jika ada perbaikan atau pelapisan aspal ulang (overlay) di beberapa ruas jalan yang ada.
“Paling tidak ada perbaikan atau pelapisan aspal terlebih dahulu, sehingga RHK bisa lebih maksimal,” katanya.
Permasalahan lalu lintas saat ini memang menjadi perhatian, mengingat semakin meningkatkan volume kendaraan pribadi. Pada akhir tahun 2015 lalu, Dishubkominfo juga memasang yellow box junction di sepanjang ruas jalan nasional yang ada di Banyumas.
Menurut Agus, saat ini kesadaran masyarakat terkait RHK sudah cukup baik, khususnya masyarakat domestik. Namun agaknya hal tersebut belum sepenuhnya bisa dipahami oleh kendaraan-kendaraan dari luar daerah.
“Kebanyakan pelanggaran di persimpangan saat ini rata-rata dilakukan oleh kendaraan dari luar daerah, untuk itu nantinya kita akan lebih meningkatkan sosialisasi,” jelasnya
_
(2 January 2016 Radar Purwokerto)







Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...