Selamat Kepada Calon Kepala Daerah Banyumas

Senin, 15 Januari 2018

Belajar dari Kegagalan Pratista Harsa, Masukan Publik Untuk Pujasera Purwokerto



Belajar kepada kasus Pratista Harsa, demikian yang bisa disimpulkan dari berbagai pendapat warga terkait Pujasera di Purwokerto yang baru selesai di bangun di kawasan Jl Dr Angka. 
Pujasera Dr Angka, sebenarnya merupakan bagian dari konsep relokasi PKL yang salah satu kantongnya di pusatkan di kawasan JL Dr Angka Purwokerto.
Dengan fasilitas yang lebih representatif, semoga Pemda Banyumas bisa belajar dari Pratista Harsa, atau study banding kepada Pemkab Kebumen , karena yang penting bukan memindahkan PKLnya agar jalanan lebih tertib, melainkan bagaimana cara agar PKL tetap bertahan, aktivitas perdagangan stabil dan mengangkat perekonomian .

Namun demikian ada beberapa masukan atau tanggapan  dari warganet Purwokerto terutama mengenai konsep Pujasera yang menarik bagi publik. Berikut adalah screen shot dari page SSCI Purwokerto terkait topik Pujasera .

Foto credit to PTT76


Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Banyumas membuka ruang bagi publik terhadap beberapa rencana Pemerintah terkait kebijakan publik, karena itu bisa jadi akan mendorong kreativitas dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena ada partisipasi publik terhadap berbagai kebijakan dan menandai iklim sebagai masyarakat yang terbuka terhadap kemajuan . Tentu peran seperti ini sangat penting sebagai salah satu pendukung Rencana Pemda Banyumas mewujudkan Smart City karena peran serta warga dalam mengawal kebijakan publik.





Damon Odyseyy Bangunan 2017 tapi model 80'an.. inilah kelemahan TASTE birokrat kita dan males pakai jasa interior design yg bagus.. Mahal?? ahh sama saja jatohnya..
Jujur liat saja udah males untuk kita untuk berkunjung

Show More Reactions
Damar Abiemanyu Pikirku tadi malah rumah sakit
😭😭 Hiks 😭😭

Show More Reactions
Damon Odyseyy jahate koh👻👻👻
imo, banyak sekali referensi tempat kuliner yg bagus dgn design kekinian tp budget minimalis, tp ya ngono kuwi, podo males miker yo kang 

Show More Reactions
SSCI Purwokerto semoga komentar seperti ini dijadikan Bupati atau pejabat yang berkpentingan untuk mengambil keputusan

Show More Reactions
Damon Odyseyy Maaf ya min kalau komentar nya Nyinyir 😜
Pemerintah tidak belajar dari kegagalan Prasista harsa yg di gadang2 sbg pusat kuliner baru.. Design ala ruko, lay out ga jelas.. contoh gagal lainya PCW (swasta ya kalau ini?)
Bikin pujasera itu yg open space..design yg unik, yg mengundang orang untuk datang, bukan kaya kantor kecamatan -__-.

Show More Reactions
Don Catur Sugianto Pkl dari mana ya min yg direlokasi?

Show More Reactions
SSCI Purwokerto mengenai pkl mana, tunggu info lebih lanjut dari pemkab , ada kemungkinan pkl jensud juga bisa

ReplyCommented on by Sieto Nur Al Falah2d
Don Catur Sugianto Ok min makasih infonya

ReplyMessage2d
Kristanti Dewi Purwanto Bikin kaya ginian lebih ke arah "tidak berguna". Karena sy sbg konsumen pun lebih suka makan di warung tenda2 ketimbang konsep food court..

Show More Reactions
Cuma lagi heran aja
Itu krem kombinasi merah...See more

Show More Reactions
De De Kirain bangunan sekolah... eh ternYata mau jadi tempat pujasera ya

Show More Reactions
Damon Odyseyy Ini sederhana sekali, tapi lebih bikin orang tertarik untuk datang

Show More Reactions
Kristanti Dewi Purwanto Apa ga lebih berguna kalo dibuat gedung serbaguna aja ya hehee

Show More Reactions
M Zaky Tek kira kantor/gd aula pemerintah 😁

Kamis, 11 Januari 2018

SSCI Banyumas Raya Mendukung Kepala Daerah Yang Berorientasi Masa Depan

SSCI Banyumas Raya netral dalam segala aktivitas politik, termasuk terkait Pilkada Banyumas 2018 , seperti kita ketahui bersama bahwa Pilkada Banyumas 2018 akan mempertemukan 2 pasangan Cabup-Cawabup Marjoko-Ifan Vs Husein -Sadewo .
Namun kami menghimbau agar dalam memilih mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mendukung Calon Kepala Daerah yang memiliki visi ke depan bukan sekedar menyelesaikan masalah sekarang 
2. Mendukung Calon Kepala Daerah yang mengakomodasi kemajuan teknologi dan kebutuhan generasi milenial ( termasuk terkait isu Gojek / transportasi berbasis aplikasi juga masuk sebagai bahan pertimbangan) 
3 Mengevaluasi beberapa proyek yang berpotensi merugikan daerah, dalam ini PLTB Baturaden karena Gunung Slamet merupakan sumber utama PAD Banyumas dalam kaitan dengan pengembangan pariwisata antara lain kawasan Baturaden, Cilongok, Sumbang dan lainnya, Sebagai daerah konservasi sangat rentan terhadap bencana yang mengancam daerah hilir termasuk peran sebagai penyangga perkotaan ( pensuplai air bersih dan oksigen). Dan Bisa menawarkan program alternatif sebagai pengganti PLTB Slamet , misalnya PLTS Bendung Gerak Serayu atau Gunung Tugel. atau alternatif lain yang lebih ramah lingkungan dan tidak mengancam Sumber Daya alam penghasil PAD terbesar Kabupaten Benyumas.
5. Mengevaluasi beberapa program pembangunan yang belum sesuai harapan, menyorot tersendatnya investasi selama beberapa tahun terakhir dan terlambatnya disahkan Perda RDTRK Perkotaan Purwokerto.
6. Mengembangkan potensi wisata seluas-luasnya bagi kawasan di luar Baturaden, dengan meningkatkan akses infrastruktur , peningkatan fasilitas publik , agar PAD semakin meningkat dari berbagai sektor .
Semoga Rakyat Banyumas yang memiliki hak pilih , tidak salah pilih dalam menentukan Kepala Daerah dalam Pilkada Banyumas 2018


Selasa, 09 Januari 2018

Kalender Wisata Banyumas Diluncurkan Pekan Ketiga

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar)Biro bakal meluncurkan agenda wisata tahun 2018 pada pekan ketiga bulan Januari. Kalender ini digunakan untuk mempermudah promosi wisata daerah. Kepala Dinporabudpar Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, sebelum diluncurkan, pihaknya akan mengundang jurnalis, pegiat media sosial, pelaku wisata dan budaya untuk meminta masukan. Terutama terkait kemasan acara dan metode promosi.
”Kami juga sudah menyiapkan materi promosi untuk media sosial. Tidak hanya kalender saja,” katanya, Senin (8/1). Pihaknya menargetkan, seluruh agenda wisata budaya dipublikasikan sebelum akhir Januari. Meski sebetulnya kalender tersebut sudah selesai disusun Desember 2017. Sedikitnya 21 kegiatan wisata dan budaya sudah disusun oleh Dinporabudpar.
Dua bulan lalu, agenda tersebut sudah dilaporkan kepada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Provinsi Jawa Tengah. ”Untuk agenda Banyumas harus akhir Januari ini. Kalau sudah lewat ya sudah basi,” katanya. Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Biro Perjalanan Wisata se eks Karesidenan Banyumas (Pebemas), M Kardiyo menagih peluncuran kalender wisata. Seharusnya, seluruh agenda di Banyumas sudah diumumkan sejak akhir tahun lalu. ”Ini kan menjadi panduan kami untuk membuat paket wisata.
Kami juga butuh persiapan untuk membuat paket wisatanya,” ujarnya. Menurut Kardiyo, agenda yang sudah disusun, ditawarkan kepada pelaku wisata lainnya. Mereka juga memiliki kepentingan untuk memberi masukan kepada Pemkab.

Banyumas Fokus ke Promosi Pariwisata

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata Banyumas akan berfokus pada untuk mempromosikan pariwisata daerahnya. Terutama untuk mengenalkan destinasi wisata yang belum dikenal luas. Kepala (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, untuk kebutuhan promosi tersebur, pihaknya sudah membuat video kaleidoskop, event dan objek wisata di daerah Banyumas.
Rencananya, video promosi ini akan disebarkan melalui jejaring dunia maya. ”Kami butuh bantuan pegiat media sosial, blogger, jurnalis. Nanti kita kumpulkan semua soalnya kami butuh masukan,” ujarnya, kepada Suara Merdeka, kemarin. Menurut Asis, penetrasi promosi harus lebih gencar tahun ini.
Pasalnya, setelah berhasil melampaui target kunjungan tahun ini, Dinporabudpar dituntut untuk meningkatkan jumlah wisatawan sepanjang tahun 2018. Adapun tahun 2017 lalu, Banyumas mencatatkan 1,2 juta pengunjung dengan pendapatan Rp 10 miliar. Jumlah tersebut berasal dari 9 objek wisata yang dikelola oleh Pemkab. ”Kita akan cetak brosur lebih banyak. Disebar setiap ada kesempatan undangan di luar daerah,” tambahnya.
sumber Suara Merdeka

Kamis, 04 Januari 2018

Kwarcab Banyumas Luncurkan Produk Air Mineral “Tunas”



Mengawali tahun 2018, Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten Banyumas, membuat terobosan baru. Mereka meluncurkan produk air mineral bermerek Tunas dengan gambar Tunas Kelapa yang merupakan lambang organisasi Gerakan Pramuka.
Ketua Kwarcab Banyumas Drs Achmad Supartono mengatakan pembuatan produk air mineral ini bekerja sama dengan PDAM TIRTA SATRIA Kabupaten Banyumas. Dan itu sebagai upaya Kwarcab menjadi salah satu upaya mewujudkan organisasi yang mandiri.
“Merk Tunas dan gambar Tunas Kelapa sengaja kami pilih karena itu sudah diketahui umum, sehingga apabila ada logo tunas kelapa iru adalah lambang Pramuka,” katanya.
Agar tidak ada orang lain yang meniru, pihaknya segera mendaftarkan Merk Dagang itu kepada pihak yang terkait.
“Air kemasan ini dibuat dalam beberapa varian, yaitu ukuran gelas 240 ml, kemasan botol ukuran 330 ml, 600 ml dan galon 19 liter dengan area pemasaran awal di wilayah Kabupaten Banyumas,” jelas Partono.
Bagi yang ingin mencoba bisa langsung berkomunikasi dengan Kwarcab Banyumas Jl Prof Suharso No 58 Purwokerto Telpon (0281) 638320.
Launching produk air mineral itu, langsung dilakukan oleh Bupati Banyumas Ir. Ahmad Husein selaku Ketua Mabicab Gerakan Pramuka Banyumas, Selasa (2/1) di Reservoir PDAM Pabuaran.
Bupati mengatakan, pembuatan produk air mineral ini dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi Kwarcab Banyumas, sehingga bisa mendukung kinerja organisasi. Gerakan Pramuka dinilai punya kemampuan untuk mengembangkan bisnis ini.
“Ini peluang atau usaha bisnis yang bagus bagi Kwarcab Banyumas. Karena di Pramuka juga dituntut adanya kemadirian, bisa menciptakan peluang usaha, sekecil apa pun usaha itu,” ujarnya.
Untuk itu agar usaha ini bisa berjalan lancar, diperlukan sumber daya manusia yang baik dan kerja keras. Bupati berharap, Pramuka Banyumas dapat mendukung usaha ini sebagai kegiatan usaha dan bagian dari aset Pramuka Banyumas.
“Semoga ini bisa memberikan inspirasi. Sebenarnya banyak di lingkungan kita yang bisa dijadikan peluang usaha, yang penting ada keseriusan,” jelasnya.

sumber Parsito Humas Pemkab Banyumas

Selasa, 02 Januari 2018

Inspiratif, Desa Ini Ubah Limbah Berbahaya Jadi Sumber Energi


Liputan6.com, Banyumas - Di awal 1990-an, Saehudin tercenung mendapati ratusan bangkai ikan nila dan mas mengambang di kolam. Bau bangkai meruap, bercampur dengan busuknya limbah tahu yang mengalir di parit di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dan bagi Saehudin, kematian ikan-ikannya itu bukan kali pertama terjadi. Saat debit air turun, dan parit dipenuhi limbah dari puluhan perajin tahu, ikan-ikan tak kuasa bertahan.
Namun, ia tak bisa berbuat banyak. Sebab, ia sendiri adalah salah satu perajin tahu yang juga membuang limbah di parit itu.
Tak hanya Saehudin. Petani lainnya, Darsono, mengalami penurunan hasil panen padi.
Limbah tahu yang mengalir ke lahan pertanian menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Sawah asam dan kelebihan nitrogen. Akibatnya, bulir padi "njepluk" alias hampa.

Sejak 1970-an, Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, dikenal sebagai salah satu penghasil tahu terbesar di Banyumas. Tahun demi tahun jumlah produksi meningkat. Hal ini berimbas pada tercemarnya air dan lingkungan mereka.
Semakin hari, jumlah perajin tahu bertambah banyak. Seperempat lebih keluarga di desa ini memang bertumpu pada produksi tahu. Limbah cair dan padat menjadi persoalan besar. Sungai-sungai nan jernih berubah menjadi keruh, lagi berbau busuk.
Tak pelak, bau busuk limbah tahu menyelinap hingga desa-desa tetangga. Sektor perikanan lumpuh. Begitu pula dengan pertanian yang hasilnya terus menurun.
1 dari 4 halaman

Pengolahan Limbah Tahu Secara Swadaya

Padahal, sebagian besar warga lain berprofesi sebagai petani dan pembudidaya ikan. Tentu, mereka terkena imbasnya. Ikan mati lantaran air sungai tercemar polutan cair tahu. Sawah tak terurus karena terlalu banyak kadar nitrogen larut dalam air. Hal ini menyebabkan sawah menjadi tak lagi subur.
Para pengrajin lantas tersadar, mereka harus berjuang untuk menyelesaikan masalah pencemaran ini. Pada 1992, warga secara swadaya membuat instalasi pengolahan limbah, semacam penampung kotoran atau septic tank untuk menampung limbah cair dan padat. Kemudian, limbah ini diubah menjadi biogas yang bisa digunakan untuk sumber energi pengganti minyak dan gas.
Tetapi, itu hanya sesaat. Septic tank yang dibuat ala kadarnya ini tak berusia panjang. Limbah kembali menjadi persoalan besar di desa ini. Mereka kembali bergulat dengan bebauan tak sedap, pencemaran air dan penurunan hasil panen ikan dan pertanian.
"Dibangunnya kan juga seadanya. Teknologi dan materialnya sederhana. Tidak bisa bertahan lama," tutur Kepala Desa Kalisari, Aziz Samsuri, beberapa waktu lalu.
Aziz pun mengakui, sudah sejak lama masyarakat ingin menanggulangi pencemaran lingkungan yang terjadi di Kalisari. Beruntung, pada tahun 2009 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menguji coba Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) dengan teknologi baru.


Biogas Limbah Tahu untuk Memasak Ratusan Keluarga

Limbah cair, diubah menjadi gas metana. Gas metana itu kemudian disalurkan ke 260-an keluarga dengan pipa-pipa bawah tanah. Dari gas metana ini, para ibu bisa memasak. Mereka memperoleh sumber energi terbarukan dan murah.
Keseriusan masyarakat Kalisari dalam pengolahan limbah juga terbukti ketika Kementerian Riset dan Teknologi kembali memilih Desa Kalisari menjadi lokasi pembangunan instalasi IPAL Biogas Limbah Tahu (Biolita) pada 2012 dan 2014. Lima IPAL dibangun di wilayah ini.
"Kemudian Biolita yang nomor lima, adalah biolita swadaya. Ini satu-satunya biolita di Indonesia yang dibangun secara swadaya," dia mengklaim.
Seorang ibu rumah tangga, Riyanti mengakui biogas bisa menghemat pengeluaran bahan bakar gas untuk rumah tangga. Dalam sebulan, tiap keluarga hanya dibebani Rp 15 ribu per bulan. Sungguh ringan.
Ia bercerita, dalam sebulan biasanya menghabiskan tiga atau empat tabung elpiji. Namun, semenjak instalasi gas metana berfungsi, ia jadi bisa mengirit. Sebulan, Riyanti hanya butuh satu tabung gas isi tiga kilogram.
"Biasanya kan beli setiap minggu sekali, sekarang baru habis satu bulan, atau sehabisnya, Mas. Jadi bisa irit," ujar Riyanti dengan wajah semringah.
Tak hanya ibu rumah tangga yang senang, ternyata pengolahan limbah ini juga membuat girang petani ikan yang tadinya kerap merugi. Ikan-ikan mereka tak lagi mati. Pertanian pun pulih seperti sediakala.


Keramba Nila di Parit dan Wisata Edukasi

Lantas, banyak warga yang kemudian memanfaatkan parit yang tadinya kotor dan berbau untuk memelihara ikan dengan sistem keramba. "Yang di situ, dekat SD, di sungai ditaruh karamba, dikasih ikan, tiga bulan bisa panen. Ikannya sekarang nggak (terganggu), malah jadi cepat besar," ucap Saehudin.
Tak hanya itu, dari hasil iuran atau retribusi biogas, dilakukan pengembangan usaha kelompok. Berdirilah empat sektor usaha berbasis kelompok pengelola IPAL. Perikanan, perternakan, pertanian dan wisata menjadi fokus pengembangan usaha.
Kendati sudah menampakkan hasil, Aziz mengakui masalah pencemaran belum usai. Masih ada sebagian kecil perajin tahu skala rumah tangga yang limbahnya belum dikelola. Namun, dia yakin, dalam waktu tidak terlalu lama, dua ipal ini akan terbangun.
"Yang jelas kami sedang berupaya, yang pertama untuk menyelesaikan tahap akhir persoalan limbah itu, kita butuh dua lagi, insyaallah selesai semuanya," Aziz menjelaskan.
Aziz bahkan sudah berani bermimpi, Desa Kalisari bakal menjadi desa wisata edukasi pengelolaan limbah. Wisata ini akan terintegrasi dengan kuliner tahu, pemancingan ikan, dan alam nan permai di desa lereng selatan Gunung Slamet ini.
sumber Liputan enam

Entri yang Diunggulkan

Info Tentang Blog Banyumas Corner

saya mencoba mendeskripsikan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa populer saat ini yaitu ungkapan Menduniakan Banyumas dan Memb...